Saturday, November 28, 2020

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan

Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribadi, juga selaku pembina (baca: provokator) Sahabat Literasi IAI Cirebon, ngadain tantangan kecil-kecilan, berupa nulis bebas, genre apa saja tentang guru. Tujuannya, sebagai bentuk penghargaan atas jasa-para guru. Menurut hematku, yang pas dilakukan oleh komunitas literasi dalam momentum #HGN ya menulis tentang guru.
Alhamdulillah, sambutan para anggota UKM (saya lebih suka menyebutnya komunitas) SLI ini cukup positif. Di hari-H, yaitu tanggal 25 November 2020, tulisan demi tulisan diposting di grup WA Sahabat Literasi IAI Cirebon. Sampai jam ditutupnya tantangan hasil perpanjangan waktu, pukul 23.30, total keseluruhan tulisan yang masuk ada 28 tulisan.
Dari kedua puluh delapan tulisan tersebut dapat dibagi dalam 4 klaster, yaitu esai, cerita, puisi dan pantun.
Baiklah, aku mau bahas kluster pertama, yaitu esai. Esai pertama datang dari sahabat @Yusuf Paisal Ekos yang berjudul Kisah Guru Inspiratif. Tidak hanya judulnya yang tertulis inspiratif. Isinya juga tidak kalah inspiratif. Bahkan iseng-iseng aku cek di plagiarismdetector, ternyata hasilnya 100% unique. Inilah satu poin yang aku suka. Anggota komunitas berani berkarya, walau bagaimanapun hasilnya (baca: kualitasnya). Karena menulis itu keterampilan, sebuah proses yang butuh latihan demi latihan. Orang bilang jam terabang. Semakin sering latihan menulis, akan semakin bagus, karena terlatih.
Esai inspiratif ini berisi kisah guru
hebat
dan inspiratif bernama Prof Yohanes Surya dengan segala prestasinya dalam mengantarkan anak-anak didiknya menuju sukses. Katanya, guru yang sukses adalah bila mampu mengantarkan muridnya lebih sukses darinya.
Tapi, setelah diterawang lagi, ternyata esai ini memuat cerita. Tapi ini bukan cerpen ya. Tulisannya juga berisi potongan-potongan kisah nyata saja.
Oh ya, sedikit menyinggung cerpen. Meskipun singkatan dari cerita pendek, bukan berarti karena "pendek", lalu ceritanya hanya satu dua paragraf. Kata pendek memang subjektif. Dulu semasih sekolah di MTs, aku juga pernah punya pikiran begitu. Pendek tuh dikiranya cuma satu dua paragraf. Ternyata, pendek itu jika dibandingkan dengan novel. Kalau novel itu satu buku berisi satu kehidupan panjang. Sementara cerpen itu berisi potongan pendek kehidupan, dan panjangannya beberapa halaman saja. Dan cerpen ataupun novel itu termasuk genre sastra-fiksi.
Tulisan berikutnya datang dari @Rahmat Hidayah berjudul "Tentang Guru" perspektif penulisnya, juga berisi ucapan selamat buat para guru. Pengalaman kurang sedap dari gurunya saat ujian juga disinggungnya. Meskipun ia juga bilang kalau jadi guru itu tidak mudah, dan akhirnya dia doakan semoga para guru sabar menghadapi murid semacam penulisnya.hahaha
Esai selanjutnya dari @Sanudi berjudul Oemar Bakrie Era Modern. Sebagaimana judulnya, tulisannya dibuka dengan potongan lirik lagu Iwan Fals: "Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie sebesar kuda poni". Sayangnya, ia salah nulis sebagain liriknya. Mestinya "seperti dikebiri", tapi ditulisnya "sebesar kuda poni". Ini sekedar catatan kecil dariku.
Adapun isinya cukup memukau, berisi pandangan penulis tentang nasib guru era kini. Meskipun berbagai tunjangan telah diterima oleh banyak guru dan pendidik, tapi tetap saja masih banyak guru honorer yang besaran gajinya habis buat transportasi dan makan satu dua hari.
Ya, kalau mau cari, solusi mah banyak di sana-sini. Misalnya bikin bimbel, kursus, nulis buku, wirausaha, olshop, sambil nge-youtube, dan lain sebagainya. Apalagi di era pandemi ini, pemerintah banyak gelontorkan dana bantuan untuk berbagai kalangan. Mulai dari pinjaman tanpa bunga, hingga dana bantuan sosial. Lumayan buat tambahan modal usaha kan.
Esai terakhir datang dari @Ari Yoseva setelah beberapa puisi dikirimkannya. Dalam tulisannya yang berjudul Hari Guru untuk Muridku, ia tuliskan pengalaman pribadinya selama menjadi guru. Tulisannya semacan refleksi diri sebagai seorang guru yang entah di mana, ia tidak cerita. Ya, katanya meskipun berat, menjadi guru itu mulia. Apalagi, menjadi guru sudah menjadi cita-cita dan jalan hidupnya. Maka, seberat apa pun, harus dijalani dengan senyuman dan kesabaran. Senyuman, canda dan tawa riang anak-anak murid adalah hiburan, obat segala nestapa, katanya. Mungkin juga penghibur lara oleh kecilnya gaji yang diterimanya.. Entah harus tertawa atau menangis.
Karena sudah jam 12.03, untuk sementara sampai di sini dulu ya. Dilanjut besok nanti lagi...

Monday, November 23, 2020

Tantangan Nulis di Hari Guru Nasional 2020

 #TantanganNulisHGN #HariGuruNasional2020 #NulisBarengSLI

Hai gaes
Hai sahabat literasi
Sahabat tahu gak sih kalau besok lusa, tepatnya tanggal 25 November 2020 tuh ada HGN. Apa tuh #HGN? Katanya sih itu singkatan dari #HariGuruNasional.
Oke. Langsung saja gaes. Aku mau ngadain tantangan menulis bebas, free writing, apa saja tentang guru. Kamu boleh bikin *puisi, pantun, cerpen, cerita nyata tentang gurumu, atau tentang cita-citamu jadi guru*, ya kali aja pernah punya mimpi jadi guru, berarti kayak aku. Semasih belajar di madrasah dulu punya keinginan jadi guru. Eh, ternyata malah kuliahnya di bidang hukum Islam. Emaang sih bisa jadi guru, ya guru TPQ, sejak tahun 2006-2012, di Jakarta aku ngajar ngaji Qiraati anak-anak kecil di Jakarta.
Tapi, tak hanya di TPQ loh. Aku pernah ngajar ngaji di satu SDIT di Jakarta. Selain itu, juga ngajar ngaji di TK Islam Al Azhar V Kemandoran. Kalau ngajar di TK Al Azhar Kemandoran, aku seringnya lewat depan gedung DPR RI, bundaran Slipi, dan Kompas Gramedia, yang gak jauh dari pasar tradisional Palmerah yang lumayan macet itu.
Nah, suatu ketika kepala sekolah TK ngasih info lowongan guru di YPI Al Azhar Kebayoran Baru. Aku pun coba ajukan lamaran guru PAI. Rata-rata yang nglamar tuh sarjana pendidikan atau lulusan fakultas tarbiyah. Kabar pengumuman lolos pun tak juga terdengar. Tampaknya, aku belum diterima. Ternyata memang, yang masuk kriteria hanya sarjana pendidikan atau tarbiyah.
Akhirnya, aku pun kubur impian jadi guru di Al Azhar, sembari berkata dalam hati, "Aku harus bisa lanjut S2. Biar bisa jadi dosen. Gpp gagal jadi guru di madrasah, tapi bisa jadi dosen."
Ternyata, kini itu nyata. Aku bisa jadi dosen di
Iaicirebon
setamat S2 di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Ish ish ish.. Lah kok malah aku yang curhat sih... Ya curcol dikit gpp ya.
Nah, kamu juga bisa nulis *opini, esai, artikel*, atau ngomong (nulis maksudnya) apa saja tentang guru di Indonesia, bagaimana nasibnya, bagaimana semestinya, bagaimana pendidikan di Indonesia, bagaimana kebijakan pemda, pemerintah pusat terhadap guru, problematika guru, suka duka jadi guru, dan lain sebagainya.
Kamu juga bisa cerita tentang gurumu semasa kecil, guru yang impresif, apa tuh? Yang berkesan maksudnya. Ya, bisa kesan positif, misalnya selalu ngasih nilai 100 padahal kamu suka tidur di kelas. Atau suka ngasih kamu coklat di hari ultahmu. Ini sih guru modus.wkwk.. Atau guru yang suka ngajak jalan-jalan.
Bisa juga kesan negatif, misalnya gurumu suka pasang muka cemberut saat masuk kelas. Dikit-dikit marah, gebrak meja, dan lain sebagainya. Guru yang suka ngasih nilai merah, atau nyuruh kamu berdiri di depan kelas, atau ngasih cubitan kecil saat kamu datang terlambat.
Pokoknya apa saja deh.
Nah, tantangan ini khusus buat mahasiswa penghuni grup Sahabat Literasi IAI Cirebon saja ya. Tulisan dikirim di grup SLI, juga boleh dishare di IG dengan tag akun IG @masyharie atau di FB dengan tag akun Masyhari di kolom komentar paling lambat hari Rabu tanggal 25/11/2020 jam 23.30 WIB.
Di awal tulisan jangan lupa diberi tagar begini ya:
Jangan lupa dikasih judul juga ya. Nama penulis juga jangan lupa.
Akan ada Doorprize buat 3 penulis yang beruntung. Sudah, gitu saja ya gaesss.
Salam Literasi.
Yang punya gawe,
Pembina UKM Sahabat Literasi IAI Cirebon

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan #NulisBarengSLI #HariGuruNasional2020 #SahabatLiterasiIAICirebon Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribad...