Thursday, October 25, 2018

Peran Sarjana NU dalam Pendidikan Karakter


















Oleh: Masyhari*

Para lulusan perguruan tinggi (sarjana) selama ini diasumsikan sebagai kaum cerdik cendekia yang memiliki kualitas kemampuan di atas rata-rata. Mereka sering dianggap sebagai orang pintar yang bisa melakukan perubahan dan menjadi problem solver atas berbagai macam problematika yang dihadapi masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu, pantaslah bila masyarakat senantiasa menunggu peran dan kiprah para sarjana dalam memperbaiki kondisi bangsa yang sedang karut marut, dimana penyakit sosial, dekadensi moral dan karakter demikian kronis melanda anak bangsa. Tingkat kenakalan di kalangan remaja demikian tinggi. Sikap hormat terhadap orang tua dan guru sudah makin redup di kalangan pelajar, siswa-siswi kita. Beberapa waktu yang lalu misalnya, kita dihebohkan dengan berita yang sangat menyayat hati, seorang guru SMK di Madura mati di tangan siswanya sendiri. Tentu ini menjadi pukulan berat bagi dunia pendidikan di negeri ini, dan patut menjadi keprihatinan bersama.
Sementara itu, peredaran narkoba di negeri ini sudah demikian hebat menyerang dan menyergap kalangan remaja-muda, para generasi bangsa kita. Bagaimana bangsa ini akan maju, bila generasi mudanya telah teracuni oleh obat-obatan terlarang yang merusak otak dan kesadaran mereka.
Hal itu diperparah dengan meningkatnya angka korupsi di kalangan elit politik dan pejabat di negeri ini, baik di level legislatif maupun eksekutif. Bahkan, untuk menjadi calon anggota legislatif ataupun eksekutif, tidak sedikit "modal mahar" yang harus dikeluarkan. Kasus suap-menyuap pun menyeret banyak nama elit negeri ini. Yang terbaru misalnya, kasus mega korupsi e-KTP tak jua mencapai garis finish. Kian hari, makin menambah daftar panjang pejabat yang terlibat. Para politikus hitam pelaku korupsi bukannya jera karena terjerat tipikor, seakan urat malu telah terputus dari mereka. Kejujuran kini amat mahal harganya.
Oleh karena itu, pendidikan karakter mutlak harus digalakkan secara serius di berbagai lini, khususnya di lembaga pendidikan madrasah sebagai institusi pendidikan di bawah kementrian agama yang lahir dan tumbuh dengan membawa pesan ikhlas beramal. Diharapkan pendidikan karakter akan menjadi peredam atau paling tidak meminimalisir tingkat dekadensi moral di negeri ini.
Di sinilah letak urgensi peran dan kiprah para sarjana, khususnya sarjana Nahdlatul Ulama yang terwadahi oleh ISNU (Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama). Mereka selain telah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi (Universitas) juga telah banyak ditempa dengan berbagai macam uji coba kehidupan kala mereka menempuh pendidikan di pesantren. Mereka sudah seharusnya tidak lagi hanya berpikir bagaimana mencerahkan masa depan mereka sendiri, akan tetapi bagaimana menjadi pengobat dahaga bangsa yang kian hari kian kering kerontang, juga bisa meredam gejolak, meredupkan api kebencian oleh isu SARA, berita hoaks, fitnah dan lain sebagainya, dengan turun berperan aktif dalam pendidikan berbasis karakter, sikap dan moral yang baik di lembaga-lembaga pendidikan (sekolah)dan masyarakat tempat mereka mengabdi, bukan hanya kedepankan kecerdasan otak, tapi juga kecerdasan emosi, spiritualitas, kesantunan tutur kata dan sikap. Wallahu a’lam.

Sekretaris PC ISNU Kabupaten Cirebon 2018-2022

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan #NulisBarengSLI #HariGuruNasional2020 #SahabatLiterasiIAICirebon Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribad...