Oleh: Masyhari*
Para lulusan perguruan tinggi
(sarjana) selama ini diasumsikan sebagai kaum cerdik cendekia yang memiliki
kualitas kemampuan di atas rata-rata. Mereka sering dianggap sebagai orang
pintar yang bisa melakukan perubahan dan menjadi problem solver atas berbagai
macam problematika yang dihadapi masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu, pantaslah bila
masyarakat senantiasa menunggu peran dan kiprah para sarjana dalam memperbaiki
kondisi bangsa yang sedang karut marut, dimana penyakit sosial, dekadensi moral
dan karakter demikian kronis melanda anak bangsa. Tingkat kenakalan di kalangan
remaja demikian tinggi. Sikap hormat terhadap orang tua dan guru sudah makin
redup di kalangan pelajar, siswa-siswi kita. Beberapa waktu yang lalu misalnya,
kita dihebohkan dengan berita yang sangat menyayat hati, seorang guru SMK di
Madura mati di tangan siswanya sendiri. Tentu ini menjadi pukulan berat bagi
dunia pendidikan di negeri ini, dan patut menjadi keprihatinan bersama.
Sementara itu, peredaran narkoba di
negeri ini sudah demikian hebat menyerang dan menyergap kalangan remaja-muda,
para generasi bangsa kita. Bagaimana bangsa ini akan maju, bila generasi
mudanya telah teracuni oleh obat-obatan terlarang yang merusak otak dan
kesadaran mereka.
Hal itu diperparah dengan
meningkatnya angka korupsi di kalangan elit politik dan pejabat di negeri ini,
baik di level legislatif maupun eksekutif. Bahkan, untuk menjadi calon anggota
legislatif ataupun eksekutif, tidak sedikit "modal mahar" yang harus
dikeluarkan. Kasus suap-menyuap pun menyeret banyak nama elit negeri ini. Yang
terbaru misalnya, kasus mega korupsi e-KTP tak jua mencapai garis finish. Kian
hari, makin menambah daftar panjang pejabat yang terlibat. Para politikus hitam
pelaku korupsi bukannya jera karena terjerat tipikor, seakan urat malu telah
terputus dari mereka. Kejujuran kini amat mahal harganya.
Oleh karena itu, pendidikan
karakter mutlak harus digalakkan secara serius di berbagai lini, khususnya di
lembaga pendidikan madrasah sebagai institusi pendidikan di bawah kementrian
agama yang lahir dan tumbuh dengan membawa pesan ikhlas beramal. Diharapkan
pendidikan karakter akan menjadi peredam atau paling tidak meminimalisir
tingkat dekadensi moral di negeri ini.
Di sinilah letak urgensi peran dan
kiprah para sarjana, khususnya sarjana Nahdlatul Ulama yang terwadahi oleh
ISNU (Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama). Mereka selain telah
mengenyam pendidikan di perguruan tinggi (Universitas) juga telah banyak
ditempa dengan berbagai macam uji coba kehidupan kala mereka menempuh
pendidikan di pesantren. Mereka sudah seharusnya tidak lagi hanya berpikir
bagaimana mencerahkan masa depan mereka sendiri, akan tetapi bagaimana menjadi
pengobat dahaga bangsa yang kian hari kian kering kerontang, juga bisa meredam
gejolak, meredupkan api kebencian oleh isu SARA, berita hoaks, fitnah dan lain
sebagainya, dengan turun berperan aktif dalam pendidikan berbasis karakter,
sikap dan moral yang
baik di lembaga-lembaga pendidikan (sekolah)dan masyarakat
tempat mereka mengabdi, bukan hanya kedepankan kecerdasan otak, tapi
juga kecerdasan emosi, spiritualitas, kesantunan tutur kata dan sikap. Wallahu
a’lam.
* Sekretaris PC ISNU Kabupaten Cirebon 2018-2022
* Sekretaris PC ISNU Kabupaten Cirebon 2018-2022
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar