Wednesday, August 2, 2017

Dahulukan Shalat Isya atau Makan Malam?

Dahulukan Shalat Isya atau Makan Malam?

Postingan ini merupakan penjelasan sederhana Masyhari terkait postingan sebelumya tentang teks berbahasa Arab berikut:

"إذا حضر العشاء والعشاء فقدم العشاء على العشاء" الحديث أو كما قال رسول الله صلى الله عليه وسلم

Ini bacanya:
Idza hadharal isya' wal 'asya fa qaddimil 'asya' 'alal 'isya'.
Artinya -wallahu a'lam bimuradih-, "Bila telah tiba isya, sementara hidangan makan malam telah siap, dahulukanlah makan malam daripada shalat isya'."
.
Hadits tersebut termasuk di antara hadis yang mengkhususkan (mentakhshish) hadis Nabi saw yang menyatakan bahwa "sebaik-baik amalan adalah shalat di awal waktu". Bahwa khusus isya, sunnahnya diakhirkan sedikit, sebagaimana dijelaskan di dalam hadis lainnya. Lebih-lebih bila ada satu kegiatan yang sedang dilakukan belum usai atau telah siap satu kegiatan semisal makan malam, dimana bila ditunda akan membuyarkan kekhusyukan shalat, maka sebaiknya shalat ditunda dan lebih diutamakan mendahulukannya daripada shalat isya'.

Ini sejalan dengan kelakar dengan nada bercanda "lebih baik makan mikir shalat, daripada shalat mikirin makan." Adagium ini bukan hanya becanda, tapi memang demikianlah semestinya. Saat shalat, sementara perut lapar, dan konsentrasi terganggu oleh pikiran makan, dalam hukum fikih jadi makruh. Sebaliknya, orang makan agar kuat shalat, ini merupakan ibadah yang baik dan dianjurkan (sunnah/ mustahab).

Hal ini karena selain Nabi saw juga suka mengakhirkan pelaksanaan shalat Isya. Selain itu, beliau juga tidak suka berbincang yang tak berhikmah dilakukan setelah isya.

Nah, kalau kegiatan makan malam saja lebih didahulukan daripada shalat isya', apalagi kajian ilmu pengetahuan keagamaan yang belum rampung dan belum berujung pembahasannya, tentu lebih utama untuk didahulukan untuk dilakukan (daripada shalat isya. Sehingga dilakukan setelah kajian). Maka tidak aneh bila di sebagian pesantren ada yang melaksanakan shalat berjamaah Isya' sekitar pukul 8 atau 8.30 malam, setelah pengajian malam.

Namun, meskipun demikian, perlu dicatat, setelah makan atau kajian sebaiknya segera dilaksanankan shalat isya berjamaah, bukan malah ditunda dan ditinggal tidur, sehingga -na'udzubillah- terlewat. Wallahu 'alam.

Cirebon, 02 Agustus 2017_22.00 Wib

Tuesday, August 1, 2017

Mengatasi Sampah di Cirebon, Priben?

Kalau sampah dianggap sebagai problem yang sangat seriuuus, tentunya ia termasuk perioritas dlm perhatian toh.

Lantas, apa kira-kira program dan langkah kongkrit yang akan dilakukan oleh para kandidat bakan calon pemimpin Cirebon?

Sebenarnya, contoh kongkrit sudah banyak dilakukan dan pernah diulas dalam berbagai kesempatan. Misalnya, sampah plastik bisa diolah jadi batako, bisa pula jadi bahan campuran aspal jalan. Bekas botol dsb bisa jadi bahan baku industri kreatif rumahan (home industri), dan bisa pula didaur ulang. Kalau sampah organik bisa dipakai kompos. Yang sudah dilakukan oleh pemkot Surabaya misalnya membikin pembangkit listrik dari TPA. Ini bisa jadi dicontek.

Kalau kota Cirebon, baru bikin wisata kejorokan dan "bebauan" dari sampah? Betapa tidak, tempat transit sampah malah ditempatkam di titik-titik keramaian dan vital. Kita saksikan satu titik di jl. Wahidin, satu titik di jl. Kesambi (depan LP/ Superindo), satu titik di depan PDAM. Lantas, ada pula titik transit sampah tak resmi di Kanggraksan.

Kalau ada kemauan serius, eksekutif dan legislatif bisa berkolaborasi dg apik. Kalau anggaran sudah cukup, eksekutif tinggal bikin program kongkrit yg solutif, misalnya: Dimulai dari level RT-RW-Kelurahan/desa-kecamatan- pihak pemda lakukan edukasi secara langsung via DKP dan dinas lainnya kepada masyarakat bgaimna "mengelola sampah yg cerdas dan berbasis ekonomi kreatif", dan jangan lupa, masyarakat pun diberi suntikan dana untuk modal eksekusi program di lapangan, di semua kecmatan, di semua desa/kelurahan, di semua RT dan RW. Jangan lupa lakukan pendampingan dan pengawasan secara berkala. Bisa-bisa, Kota dan Kabupaten Cirebon jadi TELADAN.

Nah, ini sebaliknya. Kalau program dijalankan hanya untuk menghabiskan APBD. Yang penting, asal ada program, jadinya. Trotoar lama dibongkar, ganti yang baru, asal-asalan. Jalan-jalan protokol ditanami bunga dan pohon, tapi lupa menyiram dan merawatnya. Kasihan. Tapi, poster calon walikota kok banyak tertempel di pohon ya, pakai paku lagi. Merusak pemandangan, dan tidak ramah pohon.

Kalau kabupaten, Sungai Kedung Pane tuh udah jadi tempat "alternatif" bagi warga "jahil (baca: goblok)" untuk buang sampah. Saya pernah memergoki warga membuang sekarung sampah ke sungah di bawah Jembatan Kemlaka saat melintas. Karena terburu2, saya hanya meneriakinya. Dan dia langsung ngeloyor pergi.

Kalau soal pertamanan, bikin nangis. Aduh, susahnya nyari taman bermain (ramah) anak di Cirebon. Adanya pun hanya di jantung kota Sumber. Di kota, ada taman Krucuk, tapi tak ada warga yang mau menjamahnya. Coba kita berkaca, kita lihat di DKI Jakarta, taman bermain ramah anak dan warga ada di hampir setiap RW.

Kita sebagai pengelola lembaga pendidikan kanak-kanak dan keluarga, masih sulit nyari wisata alternatif semacam taman bermain dan wisata edukatif di Cirebon. Akhirnya, ya ke daerah sebelah, Kuningan. Kalau kuliner dan sandang sih, jangan ditanya, Cirebon emang jagonya, sampai sukses bikin macet juga. Karena badan jalan pun dipakai lahan jualan dan parkiran.hehe

Cirebon, 31 Juli 2017

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan #NulisBarengSLI #HariGuruNasional2020 #SahabatLiterasiIAICirebon Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribad...