Kalau sampah dianggap sebagai problem yang sangat seriuuus, tentunya ia termasuk perioritas dlm perhatian toh.
Lantas, apa kira-kira program dan langkah kongkrit yang akan dilakukan oleh para kandidat bakan calon pemimpin Cirebon?
Sebenarnya, contoh kongkrit sudah banyak dilakukan dan pernah diulas dalam berbagai kesempatan. Misalnya, sampah plastik bisa diolah jadi batako, bisa pula jadi bahan campuran aspal jalan. Bekas botol dsb bisa jadi bahan baku industri kreatif rumahan (home industri), dan bisa pula didaur ulang. Kalau sampah organik bisa dipakai kompos. Yang sudah dilakukan oleh pemkot Surabaya misalnya membikin pembangkit listrik dari TPA. Ini bisa jadi dicontek.
Kalau kota Cirebon, baru bikin wisata kejorokan dan "bebauan" dari sampah? Betapa tidak, tempat transit sampah malah ditempatkam di titik-titik keramaian dan vital. Kita saksikan satu titik di jl. Wahidin, satu titik di jl. Kesambi (depan LP/ Superindo), satu titik di depan PDAM. Lantas, ada pula titik transit sampah tak resmi di Kanggraksan.
Kalau ada kemauan serius, eksekutif dan legislatif bisa berkolaborasi dg apik. Kalau anggaran sudah cukup, eksekutif tinggal bikin program kongkrit yg solutif, misalnya: Dimulai dari level RT-RW-Kelurahan/desa-kecamatan- pihak pemda lakukan edukasi secara langsung via DKP dan dinas lainnya kepada masyarakat bgaimna "mengelola sampah yg cerdas dan berbasis ekonomi kreatif", dan jangan lupa, masyarakat pun diberi suntikan dana untuk modal eksekusi program di lapangan, di semua kecmatan, di semua desa/kelurahan, di semua RT dan RW. Jangan lupa lakukan pendampingan dan pengawasan secara berkala. Bisa-bisa, Kota dan Kabupaten Cirebon jadi TELADAN.
Nah, ini sebaliknya. Kalau program dijalankan hanya untuk menghabiskan APBD. Yang penting, asal ada program, jadinya. Trotoar lama dibongkar, ganti yang baru, asal-asalan. Jalan-jalan protokol ditanami bunga dan pohon, tapi lupa menyiram dan merawatnya. Kasihan. Tapi, poster calon walikota kok banyak tertempel di pohon ya, pakai paku lagi. Merusak pemandangan, dan tidak ramah pohon.
Kalau kabupaten, Sungai Kedung Pane tuh udah jadi tempat "alternatif" bagi warga "jahil (baca: goblok)" untuk buang sampah. Saya pernah memergoki warga membuang sekarung sampah ke sungah di bawah Jembatan Kemlaka saat melintas. Karena terburu2, saya hanya meneriakinya. Dan dia langsung ngeloyor pergi.
Kalau soal pertamanan, bikin nangis. Aduh, susahnya nyari taman bermain (ramah) anak di Cirebon. Adanya pun hanya di jantung kota Sumber. Di kota, ada taman Krucuk, tapi tak ada warga yang mau menjamahnya. Coba kita berkaca, kita lihat di DKI Jakarta, taman bermain ramah anak dan warga ada di hampir setiap RW.
Kita sebagai pengelola lembaga pendidikan kanak-kanak dan keluarga, masih sulit nyari wisata alternatif semacam taman bermain dan wisata edukatif di Cirebon. Akhirnya, ya ke daerah sebelah, Kuningan. Kalau kuliner dan sandang sih, jangan ditanya, Cirebon emang jagonya, sampai sukses bikin macet juga. Karena badan jalan pun dipakai lahan jualan dan parkiran.hehe
Cirebon, 31 Juli 2017
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar