Pengorbanan Istriku
Hari M Ngaidin
Subuh hampir tiba,
Di hari jumat berkah
libur kuliah
Kulihat istriku masih
lelap dalam istirahatnya
Masih tampak sisa-sisa
lelah dalam raut wajahnya
Pagi ke bakul sayuran berbelanja,
di sebrang jalan raya cirebon-bandung samping rumah
dan, anak-anak telah menunggu jajanan yang mungkin dibawanya
baru sayuran itu ditaruhnya, ia siap memandikan anak-anak tercinta
mereka masih asyik berebutan balok-balok bikin mobil dan mendesain rumah
Dan aku siap meluncur, membeli nasi kuning langganan murah meriah
Sementara piring di washtafel dapur telah mengantri untuk dicuci
Dan lantai rumah sudah geli dengan debu mengotori
Memanggil-manggil sapu yang setia bebersih
Sampah di pojok rumah sudah memenuhi kantongnya
Tercium aroma yang tidak lagi sedap di udara
Dan, suara-suara lalat ngiang-ngiung mengitarinya
Subuh telah
berkumandang,
Ayam-ayam jago di
kandang depan rumah telah beradu suara, bersahutan
Istriku belum juga
beranjak dari kasurnya
Tampak raut muka
menyisakan
lelah letih yang tak
kunjung sirna......
Siang mulai menjelang, matahari sudah di arah pusar
Baju pakaian sepenuh bak tadi yang telah kucuci bersih
Telah menunggu tangannya menjemur
Bila kulit tangannya tidak kalah oleh sabun cuci
Niscaya ia yang akan mengucek dan membilasi
Matahari telah naik ke atas dada
Sayuran mentah telah menunggu diolah
Dapur telah siap dengan kompor telah menyala api
Menyiapkan makan siang kami, juga teman pemesan dari asrama kebon jati
Dan cerita ini
belumlah usai, sepanjang pengorbanan yang tiada pernah bisa kuukur
Cirebon, 17 Mei 2013_
05.00 WIB
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar