Mengaisembun.blogspot.com - Saya buat judul demikian karena memang kejadian kasusnya di Cirebon. Namun, kalau boleh saya berharap, semoga ini juga terjadi di seantero negeri ini. Sehingga, bisa diubah menjadi "Polri Kini".
Baru saja, saya keluar dari ruang pelayanan Polsek Cirebon Utara-Barat di Jalan Tuparev Sukapura Kota Cirebon dengan perasaan lega setelah sekitar 5 menit "diinterogasi" petugas polisi.
Ada apa gerangan?
Ada apa gerangan?
Jangan kaget! Saya ke polsek atas petunjuk satpam BRI yang jaga depan mesin nomor antrian, saat saya bilang mau ke CS untuk lapor kehilangan ATM dan minta ganti. Baru nyadar kalau ATMku hilang setelah mau transfer ke bakoel buku Gus Rijal Mumazziq Z untuk buku "Atlas Walisongo" Agus Sunyoto yang sudah mendarat dengan selamat Ahad lalu di rumah Warnasari Kesambi. Karena hilang ATM itulah, transfer pun tertunda.
Kebetulan, posisi BRI Cirebon berdekatan dengan Polsek. Jadi, ke sana saya cukup jalan kaki tak sampai 5 menit. Perempatan Grage merupakan titik pertemuan antara jalan Tuparev (barat), RA Kartini (timur), Dr. Wahidin Sudiro Husodo (utara) dan Dr. Cipto Mangunkusumo (selatan). Di perempatan ini cukup rutin dengan adanya polisi yang bertugas mengatur lantas. Namun, tak seperti biasa, kantor polsek di sebelah barat tak jauh darinya tampak sedang ramai parkir kendaraan bermotor bernopol polisi, baik roda dua maupun empat.
"Pak, di polsek sedang ada acara ya?" tanyaku pada seorang polisi yang sedang bertugas di pinggir jalan.
"Ya, Pak. Sedang ada sosialisasi dari Pak Kapolres."
"Ooh. Terima kasih, Pak."
"Tapi, masih ada pelayanan kok. Bagian pelayanan masih siap sedia." sahutnya cepat.
Setelah berterima kasih, saya menuju polsek. Langsung saya langkahkan kaki masuk ke bagian pelayanan yang ruangannya berada di bagian depan kantor setelah seutas senyum dari dalam ruangan mengisyaratkan siap menerima keluhan.
"Ada yang bisa dibantu, Pak?" tanya petugas berseragam polisi, dengan cukup ramah, menghapus aroma seram dari kulit coklat tua yang hiasi wajahnya.
"Ada yang bisa dibantu, Pak?" tanya petugas berseragam polisi, dengan cukup ramah, menghapus aroma seram dari kulit coklat tua yang hiasi wajahnya.
Saya pun serahkan KTP, dan petugas pun langsung mengetik laporan dengan mesin komputernya. Tak lama, sekitar 5 menit, surat pun tercetak. Setelah menandatangani surat tersebut, stempel polsek pun dibubuhkan petugas. Setelah ucap terima kasih, dan berjabat tangan, saya pun bersiap melangkah keluar dari ruangan. Ternyata, di meja lainnya dalam ruangan itu tampak sesosok wajah tak asing, seorang kawan, juga sedang laporkan kehilangan KK-nya. Seusai buat dibuatkan laporan oleh petugas, tampak ia berbisik, tanya berapa biayanya. Namun, sanga petugas hanya tersenyum, dan berujar bahwa tak ada biayanya.
Ini berbeda dengan pengalaman beberapa tahun lalu di Polsek Paciran. Saat hendak melaporkan kehilangan ktp, seorang perempuan paruh baya juga hendak laporkan kehilangan dokumen. Namun, tampak di tangannya, sebuah amplop kecil putih untuk petugas polsek. Sementara ibu berikan amplop itu ke petugas, saya langsung pergi setelah ambil surat laporan dan berterima kasih.
Polri kini berbenah diri. Gerakan saber pungli sudah digalakkan, dan langsung di bawah kendali Presiden RI dan Kapolri. Operasi tangkap tangan makin gencar dilakukan tanpa henti. Masyarakat harus turut sukseskan gerakan bersih-bersih ini. Jangan teruskan tradisi tips dan beri uang pelicin pada petugas pelayan publik, kecuali memang pada pelayanan yang berbiaya dengan ketentuan resmi. Jangan sampai, program bersih-bersih ini terkotori oleh ulah masyarakat sendiri yang enggan move on dari kejahiliaan. Namanya pungli dan suap, sekecil apapun harus dibasmi. Karena itu tidak resmi dan bikin hancur negeri. Seribu rupiah pungli, bila dikalilipatkan bisa besar dan berjeti-jeti. Begitu kata kapolres tempo hari di Kesambi saat ngopi bareng polisi.
Semoga, pelayanan pembuatan SIM di Kapolres Cirebon Kabupaten juga sesuai dengan ketentuan, dan bebas pungli. Supaya tenang masyarakat, senang pun tiada henti, dan keamanan pun mudah terkendali. Tak jadi kota tilang lagi. Karena Cirebon kota Wali, di bawah berkah Sunan Gunung Jati.[masyharie]
Sofa Tunggu BRI Cirebon, 28 Pebruari 2017_14:25
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar