Sebelumnya, mohon maaf bila ada personal atau pihak yang
tersinggung!”
Di kompasiana, aku termasuk pendatang baru. Karena memang baru kemarin
tepatnya, aku ‘resmi’ jadi bloger kompasiana. Lagi ayik-asyiknya baca sebuah tulisan,
tiba-tiba, sebuah iklan dengan sangat menohok, menutup tulisan yang sedang aku
baca tersebut. Iklan dengan gambar seorang
tokoh yang masih dibilang muda. Bertuliskan namanya dan tahun perhelatan pesta
besar pilpres 2014. Sang tokoh saat ini menjabat menteri kabinet IB-II dan sekaligus
ketua salah satu persatuan olahraga bergengsi di negeri ini. Langsung muncullah
dalam hati sebuah kalimat yang menjadi judul tulisan ini “belum jadi presiden
saja, sudah mengganggu”.
Memang, kita harus akui, bahwa uangnya terlalu banyak, untuk sekedar
dikeluarkan untuk iklan begituan. Masih recehan, mungkin. Dan, tentunya, dia bisa
beriklan di mana saja dan di media apa saja. Namun, bukankah lebih arif dan
elegan bila pengaturan iklannya cukup diletakkan di margin saja, (bisa kanan,
kanan, atas, atau bawah), bukan di tengah halaman. Bukankah ini bisa diatur dan
dibicarakan dengan pihak kompasiana. Dan, ternyata, memang di bagian kanan dan
atas sudah ada. Namun, ini bisa aku tafsirkan, bahwa sang tokoh, tampaknya
belum puas menjadi menteri dan ketua persatuan itu, yang mungkin dibilang sebagai
jabatan marjinal. Sehingga harus menjadi sentral, yang central adalah presiden.
Beberapa bulan yang lalu, saat berlebaran di kampung, Jawa Timur, beberapa
kali aku mondar-mandir Paciran-Surabaya. Beberapa kali melewati jalan pantura (Paciran-gresik-Surabaya),
dan sesekali via jalur lamongan selatan. Di kanan-kiri dan atas jalan,
terpampang spanduk, baliho dan sejenisnya, dengan dominasi calon anggota
legislatif, baik pusat maupun daerah. Masing-masing daerah, dengan gambar tokoh
yang mencalonkan dirinya sebagai anggota DPR di daerah tersebut dan dapil
tersebut. Bahkan, ada pula satu tokoh spanduk wajahnya terpampang di sepanjang jalanan
Lamongan-Gresik, caleg dari sebuah partai yang mengaku partainya Nu. Ini bisa
dipahami, karena memang dia dapil kedua kabupaten ini. Aku sampat berpikir,
betapa kayanya orang ini. Berapa rupiah yang telah digelontorkannya. Memajang gambar
iklannya di sepanjang jalan. Malah, menurut sumber yang terpercaya, bulan ini
sang tokoh merupakan pemesan baliho-spanduk terbanyak di partai tersebut. Mau berapa
saja yang dikeluarkan, itu duitnya dia. Tapi, ada yang perlu untuk dikritisi di
sini, yaitu, betapa ‘merusaknya’ poster-poster itu bagi keindahan pemandangan jalanan.
Ah, “Belum jadi saja sudah menganggu.”
Salam damai.
Cirebon, 19/11/2013
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar