oleh MM Ngaidin
Orang bilang, sukses itu hidup mapan. Orang bilang,
sukses itu hidup serba berkecukupan. Menurutku, sukses itu berhasil. Berhasil
meraih apa yang dicita-citakan dan diharapkan. Saat kecil, aku bercita-cita
ingin terus melanjutkan sekolah, pendidikan, jenjang yang lebih tinggi, hingga
Kuliah Kitab Kuning (K3). Mengapa K3? karena saat itu, ketika membaca
stratifikasi program pendidikan di kalender almamater zaman semono, yang kutahu hanya itu jenjang yang
tertinggi yang ada. Dan, baru akhir-akhir ini, ternyata K3 itu nama lama dari
STAIDRA. Wal hasil, ternyata, aku bisa melanjutkan kuliah, meskipun bukan di
sana, bahkan malah mendapat beasiswa di sebuah kampus Arab cabang
Jakarta. Saat jelang kelulusan, entah mengapa? STAIDRA/ K3 yang dahulu jadi
cita-cita menjadi tak dilirik untuk dijadikan pilihan. Mungkin, hanya faktor
biaya, beasiswa atau tidak kuliah sama sekali. Itulah pilihannya. Bahkan,
sebelum ke Jakarta, pamanku sudah siap mengantarkanku dan membiayaiku nyantri
ke Pesantren Sarang-Rembang, katanya pesantren calon kiai. Saat itu, aku
menjanjikan, bila aku tidak lulus tes penyaringan di Jakarta, aku akan pulang
dan siap ke Pesantren. Dan, ternyata lulus seluruh tahapan ujian. Tidak hanya
S1, sekarang pun dapat beasiswa S2. Bukan hanya menggapai cita, tapi bahkan
melampauinya.
Saat duduk di bangku Madrasah Aliyah (MA), cita-citaku
berubah, menjadi guru, cita yang mulia. Karena, tiada yang lebih indah bagi
santri selain ilmu barokah dan bermanfaat. Seringkali kata hikmah bahkan
dalil-dalil bergema, katanya:
خير الناس أنفعهم للناس
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat
bagi sesama
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
"Sebaik-baik kalian adalah santri dan guru ngaji”
من علّم علما علّمه الله ما لم يعلم
“Siapa yang mau berbagi ilmu yang diketahui, Allah
akan mengajari ilmu yang tidak diketahui.”
Menjadi guru, adalah cita-cita yang amat mulia. Berbagi
kepada sesama. Dan, alhamdulillah,
aku pun pernah menjalaninya. Kurang lebih 6 tahun lamanya. Bila sukses
diartikan berhasil meraih cita, alhamdulillah,
aku telah meraihnya, bahkan melampauinya.
Rasulullah SAW pernah bilang,
فإنهم يعيشون في زمان غير زمانكم
“...Sesungguhnya, anak-anak kalian tidak hidup
pada zaman kalian.”
Artinya, lain dulu lain sekarang. Saat masih TK, bisa
jadi cita-cita yang paling digemari saat itu adalah menjadi dokter, pilot,
bahkan bisa jadi menjadi Doraemon. Mau apa saja, kantong ajaib. Mau ke mana
saja, ambil pintu lorong ajaib dan baling-baling bambu. Saat Aliyah, bisa jadi
akan berubah. Perubahan bisa jadi karena faktor tingkat pendidikan, bisa jadi
karena zaman yang terus berubah, dengan tuntutan yang semakin kompleks.
Perubahan itu, bisa jadi disebabkan oleh kondisi yang tidak kondusif, sehingga
cita-cita sedikit dibelokkan. Karena, keadaan terkadang tidak seperti yang
diharapkannya. Realitas jauh dari idealitasnya. Katanya:
ما كل ما يتمنى المرء يدركم # تجري الرياح بما
لا تشتهي السفن
“Tidak semua yang diharap manusia kan tergapai
dengan gegap gempita, karena angin pun seringkali berhembus tidak searah
dengan keinginan kapal.”
Manusia tidak pernah ada puasnya. Sesuatu yang (dahulu)
disebut sukses, sekarang tiada apa-apanya. Sehingga, parameter sukses pun
menjadi bias, sesuai tingkat kepuasan manusia terhadap takdirnya, dan sesuai
dengan persepsi relativitasnya.
Pesantren
Babakan, 25/11/2013
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar