Wednesday, April 23, 2014

Ingat Mati

Mengingat Kematian dan Bersiap-siap untuk Menyambutnya

http://maramissetiawan.files.wordpress.com/
At-Tirmidzi, an-Nasai dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah. At-tirmidzi menganggap Hadits ini hasan. Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah mengingat-ingat sang pemutus kenikmatan dengan cepat, ialah kematian.” 
Abu Nu’aim meriwayatkan hadits yang sama dari Umar bin al-Khathab. 
Al-Bazzar meriwayatkan dari Anas, bahwasanya Rasulullah shallall ‘ahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat sang pemutus kematian dengan cepat (kematian). Karena sesungguhnya, seseorang tidak mengingatnya dalam kesempitan hidup, melainkan ia akan diberikan keleluasaan. Tidak pula ia mengingatnya dalam keleluasaan, melainkan ia akan diberikan kesempitan.”
Ibnu Majah meriwayatkan dari Umar. Ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Siapakah orang Mukmin yang paling cerdas?” Beliau bersabda, “Merekalah yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah kematian. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.”
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Syaddad bin Aus. Dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang cerdas adalah yang merendahkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang menuruti hawa nafsunya dan banyak berangan-angan kepada Allah.”
Ibnu Abi Dunya meriwayatkan dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perbanyaklah oleh kalian mengingat kematian! Karena sesungguhnya ia membersihkan dosa dan membuat zuhud dalam dunia. Apabila kalian mengingatnya sewaktu kaya, ia akan meruntuhkannya. Dan jika kalian mengingatnya ketika fakir, ia akan membuat kalian rela menerima garis kehidupan kalian.”
Dan dia juga meriwayatkan dari Atha’ al-Khurasani. Ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati sebuah majelis yang dipenuhi dengan senda gurau. Maka beliau bersabda, “Isilah majelis kalian dengan sesuatu yang mengeruhkan kenikmatan.” Mereka berkata,”Lalu apakah sesuatu yang mengeruhkan kenikmatan?” Beliau bersabda, “Kematian.”
Ibnu Abi Dunya juga meriwayatkan dari Sufyan, “Ia berkata, “Seseorang yang tua menyampaikan kepada kami bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada seorang lelaki. Beliau pun berkata, “Perbanyaklah mengingat kematian, niscaya kematian akan melupakanmu dari yang lainnya.”
Ibnu Abi Dunya dan al-Baihaqi dalam “Syu’ab al-Iman” meriwayatkan dari Zaid as-Sulami. Bahwasnya apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merasakan bahwa para sahabat telah lalai, beliau pun menyeru dengan suara yang keras, “Kematian telah mendatangi kalian dengan beruturut-turut dan pasti. Adakalanya celaka, dan adakalanya bahagia.”
Al-Baihaqi meriwayatkan dari al-Wadhin bin Atha’. Ia berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa bahwa orang-orang telah melalaikan kematian, beliau pun mendatangi mereka. Lalu beliau menyentuh kusen pintu. Kemudian beliau menyerukan tiga kali, “Wahai manusia! Wahai orang Islam! Kematian mendatangi kalian, dengan teratur dan pasti. Kematian datang dengan segala kondisi yang bersamanya. Ia datang dengan tenang, nyaman dan limpahan keberkahan bagi para kekasih Allah Yang Maha Pengasih, para penghuni negeri keabadian, yang mana mengupayakan dan mengharapkannya. Ketahuilah, bahwasanya setiap orang yang berupaya ada ujungnya. Dan, ujung setiap orang yang berupaya adalah kematian, yang mendahului dan didahului."
Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ammar. Ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah kematian sebagai penasehat.”
Dan diriwayatkan bahwa dikatakan kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah! Adakah seseorang yang dikumpulkan bersama dengan para syuhada’ (golongan orang-orang yang mati syahid)?” Beliau menjawab, “Iya. Yaitu orang yang mengingat kematian, dalam sehari semalam sebanyak 20 kali.”
Terkait tafsir firman Allah subhanahu wa ta’ala, “Dialah Yang menciptakan kematian dan kehidupan, agar Dia menguji kalian, manakah diantara kalian yang paling baik amal perbuatannya.” (QS. Al-Mulk [67]: 2), as-Suddi berkata, “Yaitu orang yang paling banyak mengingat kematian, yang paling baik persiapannya menyambut kematian dan yang paling besar rasa takut dan kewaspadaanya.”
Ibnu Abi Dunya dan al-Baihaqi dalam “Syu’ab al-Iman” meriwayatkan Hadits yang sama.
Ibnu Abi Syaibah dalam “al-Mushannaf” dan Imam Ahmad dalam “az-Zuhd” meriwayatkan dari Ibnu Sabith. Ia berkata, “Ada seorang lelaki disebut di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan penuh pujian. Maka Rasulullah bersabda, “Bagimana ia mengingat kematian?” Namun, ia tidak disebutkan bahwa mengingat kematian. Maka beliau pun bersabda, “Ia tidak seperti yang kalian sebutkan.”
Ibnu Abi Dunya dan al-Bazzar meriwayatkan Hadits serupa dari Anas dengan sanad bersambung.
Ath-Thabrani juga meriwayat Hadits serupa dari Sahal bin Sa’ad. Sebagian dari mereka berkata, ”Siapa yang banyak mengingat kematian, ia akan dimuliakan dengan tiga hal, yaitu disegerakannya taubat, hati yang menerima (qanaah) dan rajin dalam beribadah. Dan, siapa yang melupakan kematian, ia akan dihukum dengan tiga hal, yaitu menunda pertaubatan, tidak rela dengan kecukupan dan bermalas-malasan dalam beribadah.”
At-Taimi berkata, “Dua perkara yang memutuskanku dari kenikmatan dunia, yaitu mengingat kematian dan mengingat saat-saat berdiri menghadap Allah ta’ala. (HR Ibnu Abi Dunya).
Mengenai firman Allah ta’ala, “Dan janganlah engkau melupakan bagianmu di dunia.” Sebagian ahli tafsir berkata, “Itulah kafan.”  Ini merupakan nasehat yang berkesinambunganan dengan firman Allah sebelumnya, “Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu pada negeri akhirat,“ (QS. Al-Qashash [28]: 77), yang artinya carilah surga di dalam dunia yang telah dianugerahkan kepadamu, dengan mengarahkannya pada yang dapat mengantarkan padanya, dan janganlah engkau lupa bahwa engkau akan meninggalkan seluruh harta bendamu, kecuali satu saja bagianmu, yaitu kafan. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah syair:
Bagianmu dari seluruh yang engkau kumpulkan sepanjang masa dan waktu
Hanyalah dua lembar kain yang membungkus dirimu dan pewangi jasadmu
Abu Nu’aim meriwayatkan dari Abu Hurairah. Ia berkata, “Seorang lelaki datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah! Mengapa aku tidak mencintai kematian?” Beliau bersabda, “Engkau mempunyai harta?” Ia menjawab, “Iya.” Beliau bersabda, “Persembahkanlah! Karena sesungguhnya hati orang Mukmin bersama dengan hartanya. Apabila ia mempersembahkannya, ia akan senang untuk segera bertemu dengannya. Namun, apabila ia mengakhirkannya, ia akan suka terlambat bersama hartanya.”
Sa’id bin Manshur meriwayatkan dari Abu darda’. Ia berkata, “Nasehat yang mengena dan cepat dilalaikan. Cukuplah kematian sebagai nasehat, dan cukuplah masa sebagai pemisah, hari ini di dunia dan esok hari di dalam kubur.”
Ibnu Abi Dunya meriwayatkan dari Raja’ bin Haiwah. Ia berkata, “Tiada seorang hamba yang memperbanyak mengingat kematian, melainkan ia akan meninggalkan kesenangan dan dengki hati.”
Ibnu Abi Syaibah dalam “al-Mushannaf”  dan Ahmad dalam “az-Zuhd” meriwayatkan dari Abu Darda’. Ia berkata, “Siapa yang banyak mengingat kematian, berkuranglah kedengkian dan kesenangannya.”
Ibnu Abi Syaibah, Ahmad dalam “az-Zuhd”, Ibnu Abi Dunya dan al-Baihaqi dalam “Syu’ab al-Iman” meriwayatkan dari ar-Rabi’ bin Anas. Dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah kematian membuat orang zuhud dunia dan senang terhadap akhirat.”
Ath-Thabrani meriwayatkan dari Thariq al-Muharibi. Ia berkata, “Rasulullah bersabda kepadaku,”Bersiaplah untuk mati, sebelum kematian datang.”
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Aun bin Abdullah. Dia berkata, “Tiada seorang pun yang memposisikan kematian pada posisi yang sebenarnya, kecuali seorang hamba yang menganggap hari esok bukan masa hidupnya. Betapa banyak orang yang memasuki suatu hari, namun tidak sampai ia merampungkannya. Betapa banyak orang yang berharap bertemu dengan esok hari, namun ia tidak dapat menemuinya. Sungguh, bila engkau melihat ajal dan perjalannya, engkau pasti membenci sebuah angan-angan dan bujuk-rayunya.”
Ia juga meriwayatkan dari Abu Hazim. Ia berkata, ”Renungkanlah! Sesuatu yang engkau ingin ia bersamamu di akhirat, maka lakukanlah saat ini. Dan, renungkanlah! Sesuatu yang tidak engkau harap bersamamu di akhirat, maka saat ini tinggalkanlah!”
Ia juga meriwayatkan darinya. Ia berkata, “Segala perbuatan yang membuatmu membenci kematian, tinggalkanlah! Maka, tidak mengapa kapan engkau mati.”
Abu Nu’aim meriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz. Ia berkata, “Siapa yang hatinya dekat dengan kematian, ia akan memperbanyak amal perbuatan baiknya.”
Ia meriwayatkan dari Raja’ bin Nuh. Ia berkata, “Umar bin Abdul Aziz mengirimkan surat kepada sebagian anggota keluarganya, “Amma ba’du. Sungguhm jika engkau merasa mengingat mati pada siang dan malammu, segala sesuatu yang bakal binasa akan engkau benci dan segala yang kekal akan dicintakan padamu.”
Ia juga meriwayatkan dari Mujammi’ at-Taimi. Ia berkata, “Mengingat kematian adalah kekayaan.”
Ia meriwayatkan dari Sumaith. Ia berkata, “Barangsiapa yang menjadikan kematian tepat lurus di pandangan kedua matanya, ia tidak peduli dengan kesempitan atau keleluasaan dunia.”
Ia meriwayatkan dari Ka’ab. Ia berkata, “Barangsiapa yang mengenal kematian, segala musibah dan malapetaka dunia akan terasa ringan baginya.”
Ibnu Abi Dunya meriwayatkan dari al-Hasan. Ia berkata, “Tiada seorang hamba pun yang membiaskan hatinya mengingat kematian, melainkan dunia terasa kecil baginya dan segala apa yang ada di dalamnya menjadi ringan.”
Ia meriwayatkan dari Qatadah. Ia berkata, “Pernah dikatakan, “Keberuntungan bagi orang yang mengingat saat-saat kematian.”
Ia meriwayatkan dari Malik bin Dinar. Ia berkata, “Hakim berkata, “Cukuplah dengan mengingat mati, hati akan memiliki kehidupan untuk bangkit beramal.”
Ia meriwayatkan dari Shafiyah, bahwasanya seorang wanita mengadukan keras hatinya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha. Aisyah pun berkata, “Perbanyaklah mengingat kematian, niscaya hatimu akan menjadi lembut.”
Ia meriwayatkan dari Abu Hazim. Ia berkata, “Wahai keturunan Adam! Setelah kematian, akan datang kabar itu kepadamu.”
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata, “Kubur adalah peti amal perbuatan. Setelah kematian akan datang kabar itu kepadamu.”
Ad-dailami meriwayatkan dari Anas. Ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kezuhudan di dunia yang paling utama adalah mengingat kematian dan ibadah yang paling utam adalah merenung (tafakkur). Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, ia akan mendapati kuburnya berupa taman surga.”
Ali karramallahu wajhah berkata, “Manusia tak ubahnya orang-orang yang tidur. Apabila mati, mereka pun terbangun.” Berkenaan dengan hal ini, al-Hafidz Abul Fadhl al-Iraqi membuat sebuah syair:
Manusia tak ubahnya orang-orang yang terlelap dalam tidur. Siapa yang mati
diantara mereka, kematian akan menghapuskan rasa kantuk yang dialami

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah. Ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada seorang pun yang mati, kecuali ia menyesal.” Para sahabat bertanya, “Lalu, apa penyesalannya, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Jika ia orang yang baik, penyesalannya karena ia tidak bisa menambah kebaikannya. Dan jika ia orang jahat, penyesalannya karena ia tidak menyudahi kejahatannya.”
Sumber: Syarh ash-Shudur bi Syarh Hal al-Mauta wa al-Qubur, Imam Jalaluddin as-Suyuthi (penerjemah: Masyhari, Lc)

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentar

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan #NulisBarengSLI #HariGuruNasional2020 #SahabatLiterasiIAICirebon Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribad...