Oleh Masyhari
Dalam
bahasa Arab, perbedaan harakat (tanda baca) dapat membedakan arti.
Karena itu, kendatipun secara sekilas, hal ini tampak kecil,
namun kesalahan dalam tanda baca ketika membaca al-Qur'an
disebut lahn jaliy (kesalahan fatal), bukan hanya khafiy (ringan/ samar). Inilah alasan utama munculnya ide penulisan
harakat oleh Abu Aswad ad-Duali, ketika mendengar kesalahan tanda harakat i’rab
(perubahan harakat atau harf akhir kata)pada harf lam pada kata “ورسوله”, saat itu ada
yang membaca kasrah (jarr) pada kara “rasul” ayat 3
surat at-Taubah
tersebut, yang
semestinya dibaca "warasuluh" (rafa’). Begitupula halnya
dengan kata "Allah" dalam ayat:
إنما يخش الله من عباده العلماء
Seharusnya dibaca “innama yakhsyAllaha min ‘ibadihil ‘ulama’u”, dibaca “yakhsyallahu ”.
Karena itu, kesalahan dalam membaca harakat i’rab
merupakan kesalahan yang fatal (jalli), karena pemberian tanda baca i’rab
dapat mengubah arti. Kata Allah yang seharusnya menjadi objek (Allaha), menjadi
subjek (Allahu).
Kesalahan
dalam membaca harakat yang dapat menyebabkan perubahan arti tidak hanya dalam
masalah i'rab, tapi juga dalam tanda baca harf pertama (dalam sharf).
Karena, tulisan bisa jadi sama, namun bisa beda arti, bila diberi tanda baca yg
berbeda. Seperti kata حل,
bila dibaca fathah “hall”
(solusi) dan kasrah
“hill” (halal), meskipun
berasal dr fi'il yg sama. Kata سنة.
Bila dibaca “sanah”, berarti setahun, “sinah” berarti kantuk, dan “sunnah”
(tindak langkah). Di sinilah pentingnya ilmu nahwu, sharf dan
pengayaan vocab
(kosakata). Wallahu
a'lam
Cirebon, 27/04/2014
Mantap...terima kasih sudah mengingatkan kembali.
ReplyDeleteSama-sama, Kang. Terima kasih sudah mau membaca
ReplyDelete