Tuesday, November 11, 2014

Profil Dakwah di Kabupaten Tana Toraja (1)


Sekilas Profil Dakwah di Kabupaten Tana Toraja
Oleh Masyhari, Lc, M.H.I
Dai Ramadhan 1435 H Utusan Atase Agama KSA dan Bimas Islam Kemenag RI untuk Kabupaten Tana Toraja

Kondisi Geografis Tana Toraja
Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebelum pemekaran, kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.203 km². Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008, bagian utara wilayah kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten Toraja Utara, sedangkan bagian selatan adalah Kabupaten Tana Toraja. Semenjak itu, kabupaten Tana Toraja memiliki luas wilayah 2.054,30 km2 dan jumlah penduduk kurang lebih 266.104 jiwa (tahun 2012), dengan kepadatan penduduk 107,62 jiwa/km2.
Secara geografis, Kabupaten Tana Toraja berada di garis Lintang Selatan dan Bujur Timur. Sebelah utara kabupaten Tana Toraja berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Pinrang. Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan sebelah berbatasan dengan Kabupaten Mamasa, Sulawesi Selatan.
Kabupaten Tana Toraja berada di dataran tinggi (pegunungan dan perbukitan). Tercatat ada delapan (8) buah gunung yang berada di kabupaten ini, yaitu Gunung Bebo’, gunung Bolo’, gunung Sado’ ko’, gunung Kandora, gunung Buntu Batu, gunung Messila, gunung Sangbua dan gunung Talabeke. Dan hanya terdapat satu sungai yang melewati kabupaten ini, yaitu sungai Sa’dan.
Karena berada di dataran tinggi dan didominasi oleh pegunungan, tidak heran bila cuaca di Tana Toraja cukup dingin, layaknya di Kabupaten Bogor atau Kuningan, Jawa Barat. Intensitas hujan di Tana Toraja termasuk tinggi, meskipun ringan. BMKG setempat mencatat bahwa suhu terendah di Tana Toraja berada di 150 celcius dan tertinggi 280 celcius. Pada tengah malam hingga pagi hari, biasanya suhu udara mencapai titik terendahnya, sehingga ruangan tidak membutuhkan AC, bahkan sebaliknya, selimut dan mantel yang harus dipersiapkan.
Kabupaten Tana Toraja berdiri pada tahun 1960 dengan bupati pertamanya bernama Rongre. Saat ini, Tator dipimpin oleh Bupati Theofilus Aliorerung, SE. Secara administratif, kabupaten ini terbagi menjadi 19 kecamatan, yaitu 1) Bittuang, 2) Bonggakaradeng, 3) Gandang Batu Sillanan, 4) Kurra, 5) Makale, 6) Makale Selatan, 7) Makale Utara, 8) Malimbong Balepe, 9) Mappak, 10) Masanda, 11) Mengkendek, 12) Rano, 13) Rantetayo, 14) Rembon, 15) Saluputti, 16) Sangalla, 17) Sangalla Selatan, 18) Sangalla Utara, dan 19) Simbuang. Sedangkan Ibu Kota kabupaten yaitu Makale, yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan.

Bahasa Penduduk Tana Toraja
Bahasa Toraja adalah bahasa utama komunikasi sehari-hari masyarakat Tana Toraja, dengan Sa'dan Toraja sebagai dialek bahasa yang utama. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah bahasa resmi dan digunakan oleh masyarakat, khususnya komunikasi antar suku. Akan tetapi bahasa Toraja pun diajarkan di sekolah-sekolah dasar di Tana Toraja.
Ragam bahasa di Tana Toraja meliputi Kalumpang, Mamasa, Tae', Talondo', Toala', dan Toraja-Sa'dan, dan termasuk dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia dari bahasa Austronesia. Pada mulanya, sifat geografis Tana Toraja yang terisolasi membentuk banyak dialek dalam bahasa Toraja itu sendiri. Setelah adanya pemerintahan resmi di Tana Toraja, beberapa dialek Toraja menjadi terpengaruh oleh bahasa lain melalui proses transmigrasi, yang diperkenalkan sejak masa penjajahan. Hal itu adalah penyebab utama dari keragaman dalam bahasa Toraja. Bahasa Bugis juga banyak digunakan oleh penduduk. Saat ini, bahasa yang digunakan pun semakin beragam, seiring banyaknya pendatang dari suku lain yang membawa bahasa masing-masing, seperti suku Jawa, etnis Tionghoa, dan lain sebagainya.  

Agama Penduduk Tana Toraja
Berdasarkan data statistik yang saya dapatkan dari Kantor Kementrian Agama Tana Toraja tahun 2012, agama yang dianut penduduk Tana Toraja yang tercatat secara resmi oleh pihak Kantor Kemenag ada 5 agama, yaitu Kristen Protestan (64,52%) dengan jumlah penganut sebanyak 171.688 jiwa, Katolik (18,85%) dengan jumlah penganut sebanyak 50.158 jiwa, Islam (12,79%) dengan jumlah penganut 34.025 jiwa, Hindu (3,84%) dengan penganut sebanyak 10.214 jiwa dan Budha (0,01%) dengan penganut sebanyak 19 jiwa.
Dengan demikian, mayoritas penduduk Tana Toraja beragama Kristen Protestan, dan bisa dikatakan bahwa agama ini merupakan agama kelas satu di sini. Demikian ini, melihat bahwa di sekitar Bundaran Kolam yang merupakan ikon Kab. Tana Toraja terdapat sedikitnya tiga gereja yang mengelilinginya. Tercatat di dalam data keagamaan Kab. Tana Toraja tahun 2012, ada 695 gereja yang berdiri di kabupaten ini. Selain itu, di kabupaten ini, tepatnya di kecamatan Mengkendek, tepat di seberang Pondok Pesantren Muhammadiyah[1] Tana Toraja, didirikan STAKN (Sekolah Tinggi Agama Kristen Nusantara) yang merupakan tempat pembinaan calon-calon pastor dan rohaniawan kristen dengan bangunan yang megah, di atas areal yang luas, sangat kontras dengan kondisi pesantren yang masih sangat minim fasilitas. Menurut informasi yang saya dapatkan, STAKN[2] baru berdiri lima tahun yang lalu jauh sebelumnya pesantren tersebut ada dengan kucuran anggaran langsung dari pemerintah, dalam hal ini kementrian Agama.
Selain STAKN, jauh sebelumnya telah berdiri kampus UKI (Universitas Kristen Indonesia) dan Akademi Perawat Kristen di Makale. Sementara umat Islam di sini baru memiliki lembaga pendidikan sekolah dasar dan menengah saja. Bahkan, di Kabupaten ini baru ada satu pesantren, sangat jauh dari cukup.

Profesi Penduduk Tana Toraja
Mayoritas penduduk asli Tana Toraja berprofesi sebagai petani. Komoditi andalan dari daerah Toraja adalah sayur-sayuran, kopi, cengkeh, cokelat dan vanili. Selain itu, perdagangan merupakan sektor andalan masyarakat Tana Toraja. Perekonomian di Tana Toraja digerakkan oleh 6 pasar tradisional, dengan sistem perputaran setiap 6 hari. Keenam pasar yang ada ialah 1) Pasar Makale, 2) Pasar Rantepao, 3) Pasar Ge'tengan, 4) Pasar Sangalla’, 5) Pasar Rembon, dan 6) Pasar Salubarani.
Selain itu, mereka juga beternak. Binatang yang mereka kembangbiakkan adalah Babi, khususnya bagi masyarakat non-Muslim. Meskipun masih ada saja muslim yang memelihara babi, khususnya mereka yang berasal dari suku Toraja dan masih memiliki keluarga yang beragama Protestan. Hal ini dilakukan, sebab ketika upacara adat kematian keluarga, mereka diharuskan ikut menyumbangkan babi, sementara harga babi terbilang mahal. Selain itu, ada pula yang berprofesi sebagai pegawai kantor pemerintahan dan swasta, guru, dan lain sebagainya

Kondisi Umat Islam di Tana Toraja
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dalam buku “Data Keagamaan Kabupaten Tana Toraja tahun 2012”, jumlah umat Islam di Kab. Tana Toraja sebanyak 34.025 jiwa pada tahun 2012 dari jumlah penduduk secara keseluruhan sebesar 266.104 jiwa. Sehingga bila dipersentase sebanyak 12,79 %. Artinya, umat Islam di Tana Toraja menempati urutan ketiga secara kuantitas, setelah Kristen Protestan (64,52 %) dan Katolik (18,85 %).
Umat Islam menyebar hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Tana Toraja dengan jumlah selisih tidak jauh berbeda. Jumlah umat Islam terbanyak berada di kecamatan Mengkendek dengan jumlah 8.366 jiwa, sementara jumlah terkecil berada di kecamatan Mappak yang hanya berjumlah 27 jiwa. Selain itu, umat Islam tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Tana Toraja. Adapun rincian penyebaran umat Islam di seluruh Kab. Tana Toraja adalah sebagaimana dalam tabel berikut:
No
Kecamatan
Jumlah Umat Islam
Persentase
1
Bittuang
1.361 jiwa
4 %
2
Bonggakaradeng
2.302 jiwa
6,76 %
3
Gandang Batu Silanan
5.438 jiwa
15,96 %
4
Kurra
111 jiwa
0,32 %
5
Makale
6.105 jiwa
17,94 %
6
Makale Selatan
1.116 jiwa
3,27 %
7
Makale Utara
156 jiwa
0,45 %
8
Malimbong Baleppe’
275 jiwa
0,8 %
9
Mappak
27 jiwa
0,08 %
10
Masanda
440 jiwa
1,29 %
11
Mengkendek
8.366 jiwa
24,59 %
12
Rano
2.296 jiwa
6,75 %
13
Rantetayo
974 jiwa
2,86 %
14
Rembon
2.487 jiwa
7,3 %
15
Saluputti
583 jiwa
1,71 %
16
Sangalla’
829 jiwa
2,44 %
17
Sangalla’ Selatan
760 jiwa
2,23 %
18
Sangalla’ Utara
354 jiwa
1,04 %
19
Simbuang
45 jiwa
0,13 %

Jumlah
34.025 jiwa
100 %

Tabel 1: Jumlah Umat Islam
Selain itu, penulis juga mendapatkan data tentang keberadaan masjid dan mushalla di Kabupaten Tana Toraja. Jumlah masjid di Kabupaten Tana Toraja secara keseluruhan yaitu sebanyak 150 masjid, dengan jumlah masjid terbanyak berada di kecamatan Mengkendek, yaitu sebanyak 35 masjid. Selebihnya tersebar di kecamatan lainnya dengan perincian sebagaimana dalam tabel berikut:
No
Kecamatan
Jumlah
Total
Masjid
Mushalla

1
Bittuang
6
-
6
2
Bonggakaradeng
7
1
8
3
Gandang Batu Silanan
27
1
28
4
Kurra
1
-
1
5
Makale
11
3
14
6
Makale Selatan
5
-
5
7
Makale Utara
2
-
2
8
Malimbong Baleppe’
1
-
1
9
Mappak
1
-
1
10
Masanda
1
-
1
11
Mengkendek
34
1
35
12
Rano
16
2
18
13
Rantetayo
6
-
6
14
Rembon
6
-
6
15
Saluputti
4
-
4
16
Sangalla’
3
-
3
17
Sangalla’ Selatan
9
-
9
18
Sangalla’ Utara
1
-
1
19
Simbuang
1
-
1

Jumlah
142
8
150

Tabel 2: Jumlah Rumah Ibadah Umat Islam
Selain itu, penulis juga memperoleh data rohaniawan Islam (ulama/ ustadz) yang ada di Tana Toraja tahun 2012. Jumlah rohaniawan Islam secara keseluruhan sebanyak 414 orang. Sehingga, bila melihat jumlah umat Islam sebesar 34.025 jiwa, maka perbandingannya setiap satu tenaga rohaniawan harus menangani sekitar 82 orang (82:1). Dengan demikian, sebagaimana disampaikan oleh Kepala Seksi Bimas Islam, Drs. Suardi Sidik, M.Pd, masih dibutuhkan lebih banyak lagi tenaga ahli di bidang agama Islam dan ilmu syari’ah di Tana Toraja ini.
Hal tersebut melihat kenyataan bahwa pertumbuhan penduduk muslim di Tana Toraja setiap tahun semakin meningkat, sementara rohaniawan semakin berkurang. Adapun perinciannya adalah sebagaimana dalam tabel berikut ini:
No
Kecamatan
Ulama
Muballigh
Khatib
Jumlah
1
Bittuang
6
8
8
22
2
Bonggakaradeng
5
10
8
23
3
Gandang Batu Silanan
9
34
29
72
4
Kurra
-
-
-
0
5
Makale
10
29
20
59
6
Makale Selatan
5
3
5
13
7
Makale Utara
1
4
2
7
8
Malimbong Baleppe’
-
1
1
2
9
Mappak
-
-
-
0
10
Masanda
-
-
-
0
11
Mengkendek
15
40
52
107
12
Rano
10
18
10
38
13
Rantetayo
-
7
6
13
14
Rembon
10
8
10
28
15
Saluputti
5
3
5
13
16
Sangalla’
2
2
5
9
17
Sangalla’ Selatan
-
-
5
5
18
Sangalla’ Utara
-
2
1
3
19
Simbuang
-
-
-
0

Jumlah
78
163
167
414

Tabel 3: Jumlah Tenaga Rohaniawan Muslim
Dari sekian banyak jumlah penduduk yang beragama Islam (34.025 jiwa), ternyata jumlah lembaga pendidikan Islam di Kab. Tana Toraja secara keseluruhan terbilang sangat sedikit, kendatipun menurut catatan kantor Kemenag Tana Toraja bahwa di Kabupaten Tana Toraja terdapat sejumlah lembaga keagamaan dan sosial, di antaranya yaitu MUI, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Serikat Islam, GUPPI, MDI, DMI, BKPRMI, ICMI, Aisyiah, Al-Hidayah, Wahdah Islamiyyah, Kerukunan Keluarga Islam Toraja (KKIT), NA, GP Anshar, PERWATI, Tarbiyah Islamiyyah, LPTQ dan BKMT. Namun ternyata pembinaan dan bimbingan keislaman di kabupaten ini terbilang masih kurang maksimal, terlebih di pedalaman daerah.
Tercatat, baru ada 17 lembaga pendidikan Islam di Tana Toraja, mencakup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga sekolah menengah, terdiri dari TK Islam berjumlah 6 buah, Madrasah Diniyyah berjumlah 9 buah, Madrasah Ibtidaiyyah (setingkat SD) 8 buah, Madrasah Tsanawiyyah (setingkat SMP) hanya berjumlah 5 buah dan Madrasah Aliyah (setingkat SMA) hanya berjumlah 2 buah.
Umat Islam di Kab. Tana Toraja belum memiliki sekolah tinggi Islam yang membina calon-calon dai yang ahli dalam ilmu syariah. Di sini, baru ada satu buah pondok pesantren, yaitu Pesantren Pembangunan Muhammadiyah Tana Toraja, yang berlokasi di Kecamatan Mengkendek. Dan itu pun, sebagaimana penuturan salah seorang tenaga pendidik pesantren ini, ternyata muatan materi yang diajarkan di pesantren ini masih didominasi oleh mata pelajaran umum, yaitu sebesar 60%, sementara pelajaran agama hanya 40%. Hal ini disebabkan minimnya tenaga pendidik yang memiliki basis pendidikan di bidang ilmu syariah dan agama Islam.
Mengapa baru ada satu pesantren? Kesimpulan penulis, berdasarkan informasi dari sejumlah narasumber, karena mayoritas ustadz/ustadzah di sini tidak memiliki basis pendidikan pesantren. Sebagian besar dari mereka hanyalah lulusan perguruan tinggi Islam di luar kabupaten, seperti Makassar, dan lain sebagainya, kebanyakan dari mereka sibuk bekerja di kantor-kantor negeri maupun swasta, dan sebagian lagi menjadi guru agama di sekolah-sekolah.
Bahkan, ada beberapa sekolah Islam swasta yang gulung tikar karena tidak ada peminatnya. Menurut informasi[4], hal itu disebabkan kurangnya tenaga guru pendidikan agama Islam yang profesional. Sehingga, sekolah Islam pun dipandang sebelah mata, bahkan oleh masyarakat Muslim sendiri. Mereka lebih percaya dan bersemangat untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah umum negeri. Tercatat, sekolah-sekolah umum tersebut secara keseluruhan, dari SD hingga SMA, berjumlah 322 sekolah dengan jumlah tenaga guru agama Islam berjumlah 78 orang.
Memang, di sekolah-sekolah umum tersebut juga diajarkan pelajaran agama Islam, namun tentunya porsinya sangat jauh dari cukup. Sehingga, wajar bila mayoritas muslim di Tana Toraja ini memiliki tingkat pemahaman Islam terbilang rendah. Mayoritas kaum Muslim di sini hanya lulusan SMA, sedikit sekali yang melanjutkan ke perguruan Tinggi. Kaum muslim yang konsen dan memiliki pengetahuan agama Islam yang mendalam masih terbilang sangat sedikit, yaitu hanya mencapai sekitar 1, 21% dari seluruh umat Islam di Tana Toraja. Fenomena yang berbeda terjadi di umat kristen, dimana banyak di kalangan mereka yang melanjutkan sekolah di perguruan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan keagamaan mereka juga tinggi.

Transportasi Menuju Tana Toraja
Untuk sampai ke Tana Toraja kita bisa melalui jalan udara menuju Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar, ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Ada banyak maskapai penerbangan yang terbang ke Makassar, dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Manado, dan kota lainnya. Dari Bandara Hasanuddin, Makassar terdapat dua pilihan transportasi yang dapat membawa kita ke Tana Toraja, yaitu jalur udara dan darat. Jalur udara bisa menggunakan pesawat kecil berkapasitas 24 orang. Pesawat ke Tana Toraja hanya terbang dua kali dalam sepekan, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Melalui jalur udara, kita akan sampai di Bandara Pongtiku, di Rantetayo, Tana Toraja, dalam waktu 45 menit.
Sedangkan melalui jalur darat, kita bisa naik bus atau menyewa mobil. Di Bandara Hasanuddin tersedia bus Damri yang terparkir di sebelah kanan tidak jauh dari pintu keluar. Ketika kita keluar pintu bandara, kita harus waspada dan berhati-hati, sebab terdapat banyak sekali sopir taksi yang menawarkan jasa tumpangannya dengan variasi harganya, berkisar Rp 100.000 ke atas, sementara bila kita naik bus DAMRI, kita hanya cukup mengeluarkan uang Rp 25.000. 
Selanjutnya, kita turun di terminal bus DAYA, Makassar, sekitar 15 menit dari bandara. Di terminal ini terdapat sejumlah armada bus tujuan Tana Toraja setiap harinya. Jadwal keberangkatannya yaitu pukul 7:00, 13:00-02:00 dan 19:00-20:00 waktu setempat (WITA). Melalui jalur ini, untuk tiba di Tana Toraja kita membutuhkan waktu tempuh sekitar 8 jam. Namun, apabila kita lebih memilih untuk menyewa mobil, sebaiknya sudah dipersiapkan sejak sebelum kita tiba di Bandara Hasanuddin Makassar.[]
Tana Toraja-Jakarta, Juni-Juli 2014





[1] Satu-satunya pesantren di Kabupaten Tana Toraja dan sudah berdiri sejak 23 tahun yang lalu.
[2] Menurut informasi dari pejabat Kantor Kemenag Tana Toraja, STAKN adalah satu-satunya sekolah tinggi agama Kristen di wilayah Timur Indonesia. Sekolah ini berstatus Negeri dan dibangun dengan kas negara melalui Dirjen Bimas Kristen RI.
[3] Daftar nama-nama masjid di Tana Toraja secara keseluruhan terlampir.
[4] Narasumber bernama Basyiruddin, bendahara IPM (Ikatan Pemuda Muhammadiyah) Tana Toraja.

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentar

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan #NulisBarengSLI #HariGuruNasional2020 #SahabatLiterasiIAICirebon Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribad...