Sekilas Profil Dakwah di Kabupaten
Tana Toraja
Oleh Masyhari, Lc, M.H.I
Dai Ramadhan 1435 H Utusan
Atase Agama KSA dan Bimas Islam Kemenag RI untuk Kabupaten Tana Toraja
Kondisi Geografis Tana Toraja
Tana Toraja merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebelum
pemekaran, kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.203 km². Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008, bagian utara wilayah kabupaten ini
dimekarkan menjadi Kabupaten Toraja Utara, sedangkan bagian selatan adalah Kabupaten Tana Toraja. Semenjak itu, kabupaten
Tana Toraja memiliki luas wilayah 2.054,30 km2 dan jumlah penduduk
kurang lebih 266.104 jiwa (tahun 2012), dengan kepadatan penduduk 107,62
jiwa/km2.
Secara geografis, Kabupaten Tana Toraja berada di garis
Lintang Selatan dan Bujur Timur. Sebelah utara kabupaten Tana Toraja berbatasan
dengan Kabupaten Toraja Utara. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Enrekang dan Pinrang. Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu
dan sebelah berbatasan dengan Kabupaten Mamasa, Sulawesi Selatan.
Kabupaten Tana Toraja berada di dataran tinggi (pegunungan
dan perbukitan). Tercatat ada delapan (8) buah gunung yang berada di kabupaten
ini, yaitu Gunung Bebo’, gunung Bolo’, gunung Sado’ ko’, gunung Kandora, gunung
Buntu Batu, gunung Messila, gunung Sangbua dan gunung Talabeke. Dan hanya
terdapat satu sungai yang melewati kabupaten ini, yaitu sungai Sa’dan.
Karena berada di dataran tinggi dan didominasi oleh
pegunungan, tidak heran bila cuaca di Tana Toraja cukup dingin, layaknya di
Kabupaten Bogor atau Kuningan, Jawa Barat. Intensitas hujan di Tana Toraja termasuk
tinggi, meskipun ringan. BMKG setempat mencatat bahwa suhu terendah di Tana
Toraja berada di 150 celcius dan tertinggi 280 celcius. Pada
tengah malam hingga pagi hari, biasanya suhu udara mencapai titik terendahnya, sehingga
ruangan tidak membutuhkan AC, bahkan sebaliknya, selimut dan mantel yang harus
dipersiapkan.
Kabupaten Tana Toraja berdiri pada tahun 1960 dengan
bupati pertamanya bernama Rongre. Saat ini, Tator dipimpin oleh Bupati Theofilus
Aliorerung, SE. Secara administratif, kabupaten ini terbagi menjadi 19 kecamatan,
yaitu 1) Bittuang, 2) Bonggakaradeng, 3) Gandang Batu Sillanan, 4) Kurra, 5) Makale,
6) Makale Selatan, 7) Makale Utara, 8) Malimbong Balepe, 9) Mappak, 10)
Masanda, 11) Mengkendek, 12) Rano, 13) Rantetayo, 14) Rembon, 15) Saluputti, 16) Sangalla, 17) Sangalla Selatan, 18) Sangalla Utara, dan 19) Simbuang. Sedangkan Ibu Kota kabupaten yaitu Makale, yang
sekaligus menjadi pusat pemerintahan.
Bahasa Penduduk Tana Toraja
Bahasa Toraja adalah bahasa utama komunikasi sehari-hari masyarakat
Tana Toraja, dengan Sa'dan Toraja sebagai
dialek bahasa yang utama. Bahasa
Indonesia sebagai
bahasa nasional adalah bahasa resmi dan digunakan oleh masyarakat, khususnya komunikasi antar suku. Akan
tetapi bahasa Toraja pun diajarkan di sekolah-sekolah dasar di Tana Toraja.
Ragam bahasa di Tana Toraja meliputi Kalumpang, Mamasa,
Tae', Talondo', Toala', dan Toraja-Sa'dan, dan termasuk
dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia dari
bahasa Austronesia. Pada
mulanya, sifat geografis Tana Toraja yang terisolasi membentuk banyak
dialek dalam bahasa Toraja itu sendiri. Setelah adanya pemerintahan resmi di
Tana Toraja, beberapa dialek Toraja menjadi terpengaruh oleh bahasa lain
melalui proses transmigrasi, yang
diperkenalkan sejak masa penjajahan. Hal itu adalah penyebab utama dari
keragaman dalam bahasa Toraja. Bahasa
Bugis juga banyak digunakan oleh penduduk. Saat ini, bahasa yang digunakan pun
semakin beragam, seiring banyaknya pendatang dari suku lain yang membawa bahasa
masing-masing, seperti suku Jawa, etnis Tionghoa, dan lain sebagainya.
Agama Penduduk Tana Toraja
Berdasarkan data statistik yang saya dapatkan dari Kantor
Kementrian Agama Tana Toraja tahun 2012, agama yang dianut penduduk Tana Toraja
yang tercatat secara resmi oleh pihak Kantor Kemenag ada 5 agama, yaitu Kristen
Protestan (64,52%) dengan jumlah
penganut sebanyak 171.688 jiwa, Katolik (18,85%) dengan jumlah
penganut sebanyak 50.158 jiwa, Islam (12,79%) dengan jumlah
penganut 34.025 jiwa, Hindu (3,84%) dengan penganut sebanyak 10.214 jiwa dan
Budha (0,01%) dengan penganut
sebanyak 19 jiwa.
Dengan demikian, mayoritas
penduduk Tana Toraja beragama Kristen Protestan, dan bisa dikatakan bahwa agama
ini merupakan agama kelas satu di sini. Demikian ini, melihat bahwa di sekitar
Bundaran Kolam yang merupakan ikon Kab. Tana Toraja terdapat sedikitnya tiga
gereja yang mengelilinginya. Tercatat di dalam data keagamaan Kab. Tana Toraja
tahun 2012, ada 695 gereja yang berdiri di kabupaten ini. Selain itu, di
kabupaten ini, tepatnya di kecamatan Mengkendek, tepat di seberang Pondok Pesantren
Muhammadiyah[1] Tana
Toraja, didirikan STAKN (Sekolah Tinggi Agama Kristen Nusantara) yang merupakan
tempat pembinaan calon-calon pastor dan rohaniawan kristen dengan bangunan yang
megah, di atas areal yang luas, sangat kontras dengan kondisi pesantren yang
masih sangat minim fasilitas. Menurut informasi yang saya dapatkan, STAKN[2]
baru berdiri lima tahun yang lalu jauh sebelumnya pesantren tersebut ada dengan
kucuran anggaran langsung dari pemerintah, dalam hal ini kementrian Agama.
Selain STAKN, jauh
sebelumnya telah berdiri kampus UKI (Universitas Kristen Indonesia) dan Akademi
Perawat Kristen di Makale. Sementara umat Islam di sini baru memiliki lembaga
pendidikan sekolah dasar dan menengah saja. Bahkan, di Kabupaten ini baru ada
satu pesantren, sangat jauh dari cukup.
Profesi Penduduk
Tana Toraja
Mayoritas penduduk asli Tana Toraja berprofesi sebagai
petani. Komoditi andalan dari daerah Toraja
adalah sayur-sayuran, kopi, cengkeh, cokelat dan vanili. Selain itu, perdagangan merupakan sektor andalan masyarakat Tana
Toraja. Perekonomian di Tana Toraja digerakkan oleh 6 pasar
tradisional, dengan sistem perputaran setiap 6 hari. Keenam pasar
yang ada ialah 1) Pasar Makale, 2) Pasar Rantepao, 3) Pasar Ge'tengan, 4) Pasar Sangalla’, 5) Pasar Rembon, dan 6)
Pasar Salubarani.
Selain itu, mereka juga beternak. Binatang yang mereka
kembangbiakkan adalah Babi, khususnya bagi masyarakat non-Muslim. Meskipun
masih ada saja muslim yang memelihara babi, khususnya mereka yang berasal dari
suku Toraja dan masih memiliki keluarga yang beragama Protestan. Hal ini
dilakukan, sebab ketika upacara adat kematian keluarga, mereka diharuskan ikut
menyumbangkan babi, sementara harga babi terbilang mahal. Selain itu, ada pula
yang berprofesi sebagai pegawai kantor pemerintahan dan swasta, guru, dan lain
sebagainya
Kondisi Umat Islam di Tana Toraja
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dalam
buku “Data Keagamaan Kabupaten Tana Toraja tahun 2012”, jumlah umat Islam di
Kab. Tana Toraja sebanyak 34.025 jiwa pada tahun 2012 dari jumlah penduduk secara
keseluruhan sebesar 266.104 jiwa. Sehingga bila dipersentase sebanyak 12,79 %.
Artinya, umat Islam di Tana Toraja menempati urutan ketiga secara kuantitas,
setelah Kristen Protestan (64,52 %) dan Katolik (18,85 %).
Umat Islam menyebar hampir
di setiap kecamatan di Kabupaten Tana Toraja dengan jumlah selisih tidak jauh
berbeda. Jumlah umat Islam terbanyak berada di kecamatan Mengkendek dengan
jumlah 8.366 jiwa, sementara jumlah terkecil berada di kecamatan Mappak yang
hanya berjumlah 27 jiwa. Selain itu, umat Islam tersebar di seluruh kecamatan
di Kabupaten Tana Toraja. Adapun rincian penyebaran umat Islam di seluruh Kab.
Tana Toraja adalah sebagaimana dalam tabel berikut:
No
|
Kecamatan
|
Jumlah Umat Islam
|
Persentase
|
1
|
Bittuang
|
1.361 jiwa
|
4 %
|
2
|
Bonggakaradeng
|
2.302 jiwa
|
6,76 %
|
3
|
Gandang Batu Silanan
|
5.438 jiwa
|
15,96 %
|
4
|
Kurra
|
111 jiwa
|
0,32 %
|
5
|
Makale
|
6.105 jiwa
|
17,94 %
|
6
|
Makale Selatan
|
1.116 jiwa
|
3,27 %
|
7
|
Makale Utara
|
156 jiwa
|
0,45 %
|
8
|
Malimbong Baleppe’
|
275 jiwa
|
0,8 %
|
9
|
Mappak
|
27 jiwa
|
0,08 %
|
10
|
Masanda
|
440 jiwa
|
1,29 %
|
11
|
Mengkendek
|
8.366 jiwa
|
24,59 %
|
12
|
Rano
|
2.296 jiwa
|
6,75 %
|
13
|
Rantetayo
|
974 jiwa
|
2,86 %
|
14
|
Rembon
|
2.487 jiwa
|
7,3 %
|
15
|
Saluputti
|
583 jiwa
|
1,71 %
|
16
|
Sangalla’
|
829 jiwa
|
2,44 %
|
17
|
Sangalla’ Selatan
|
760 jiwa
|
2,23 %
|
18
|
Sangalla’ Utara
|
354 jiwa
|
1,04 %
|
19
|
Simbuang
|
45 jiwa
|
0,13 %
|
Jumlah
|
34.025 jiwa
|
100 %
|
Tabel 1: Jumlah Umat Islam
Selain itu, penulis juga
mendapatkan data tentang keberadaan masjid dan mushalla di Kabupaten Tana
Toraja. Jumlah masjid di Kabupaten Tana Toraja secara keseluruhan yaitu
sebanyak 150 masjid, dengan jumlah masjid terbanyak berada di kecamatan
Mengkendek, yaitu sebanyak 35 masjid. Selebihnya tersebar di kecamatan lainnya
dengan perincian sebagaimana dalam tabel berikut:
No
|
Kecamatan
|
Jumlah
|
Total
|
||
Masjid
|
Mushalla
|
||||
1
|
Bittuang
|
6
|
-
|
6
|
|
2
|
Bonggakaradeng
|
7
|
1
|
8
|
|
3
|
Gandang Batu Silanan
|
27
|
1
|
28
|
|
4
|
Kurra
|
1
|
-
|
1
|
|
5
|
Makale
|
11
|
3
|
14
|
|
6
|
Makale Selatan
|
5
|
-
|
5
|
|
7
|
Makale Utara
|
2
|
-
|
2
|
|
8
|
Malimbong Baleppe’
|
1
|
-
|
1
|
|
9
|
Mappak
|
1
|
-
|
1
|
|
10
|
Masanda
|
1
|
-
|
1
|
|
11
|
Mengkendek
|
34
|
1
|
35
|
|
12
|
Rano
|
16
|
2
|
18
|
|
13
|
Rantetayo
|
6
|
-
|
6
|
|
14
|
Rembon
|
6
|
-
|
6
|
|
15
|
Saluputti
|
4
|
-
|
4
|
|
16
|
Sangalla’
|
3
|
-
|
3
|
|
17
|
Sangalla’ Selatan
|
9
|
-
|
9
|
|
18
|
Sangalla’ Utara
|
1
|
-
|
1
|
|
19
|
Simbuang
|
1
|
-
|
1
|
|
Jumlah
|
142
|
8
|
150
|
||
Tabel 2: Jumlah Rumah Ibadah Umat Islam
Selain itu, penulis juga
memperoleh data rohaniawan Islam (ulama/ ustadz) yang ada di Tana Toraja tahun
2012. Jumlah rohaniawan Islam secara keseluruhan sebanyak 414 orang. Sehingga,
bila melihat jumlah umat Islam sebesar 34.025 jiwa, maka perbandingannya setiap
satu tenaga rohaniawan harus menangani sekitar 82 orang (82:1). Dengan demikian,
sebagaimana disampaikan oleh Kepala Seksi Bimas Islam, Drs. Suardi Sidik, M.Pd,
masih dibutuhkan lebih banyak lagi tenaga ahli di bidang agama Islam dan ilmu
syari’ah di Tana Toraja ini.
Hal tersebut melihat
kenyataan bahwa pertumbuhan penduduk muslim di Tana Toraja setiap tahun semakin
meningkat, sementara rohaniawan semakin berkurang. Adapun perinciannya adalah
sebagaimana dalam tabel berikut ini:
No
|
Kecamatan
|
Ulama
|
Muballigh
|
Khatib
|
Jumlah
|
1
|
Bittuang
|
6
|
8
|
8
|
22
|
2
|
Bonggakaradeng
|
5
|
10
|
8
|
23
|
3
|
Gandang Batu Silanan
|
9
|
34
|
29
|
72
|
4
|
Kurra
|
-
|
-
|
-
|
0
|
5
|
Makale
|
10
|
29
|
20
|
59
|
6
|
Makale Selatan
|
5
|
3
|
5
|
13
|
7
|
Makale Utara
|
1
|
4
|
2
|
7
|
8
|
Malimbong Baleppe’
|
-
|
1
|
1
|
2
|
9
|
Mappak
|
-
|
-
|
-
|
0
|
10
|
Masanda
|
-
|
-
|
-
|
0
|
11
|
Mengkendek
|
15
|
40
|
52
|
107
|
12
|
Rano
|
10
|
18
|
10
|
38
|
13
|
Rantetayo
|
-
|
7
|
6
|
13
|
14
|
Rembon
|
10
|
8
|
10
|
28
|
15
|
Saluputti
|
5
|
3
|
5
|
13
|
16
|
Sangalla’
|
2
|
2
|
5
|
9
|
17
|
Sangalla’ Selatan
|
-
|
-
|
5
|
5
|
18
|
Sangalla’ Utara
|
-
|
2
|
1
|
3
|
19
|
Simbuang
|
-
|
-
|
-
|
0
|
Jumlah
|
78
|
163
|
167
|
414
|
Tabel 3: Jumlah Tenaga Rohaniawan Muslim
Dari sekian banyak jumlah penduduk yang beragama Islam (34.025 jiwa), ternyata jumlah lembaga pendidikan Islam di Kab. Tana
Toraja secara keseluruhan terbilang sangat sedikit, kendatipun menurut catatan
kantor Kemenag Tana Toraja bahwa di Kabupaten Tana Toraja terdapat sejumlah
lembaga keagamaan dan sosial, di antaranya yaitu MUI, Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama (NU), Serikat Islam, GUPPI, MDI, DMI, BKPRMI, ICMI, Aisyiah, Al-Hidayah,
Wahdah Islamiyyah, Kerukunan Keluarga Islam Toraja (KKIT), NA, GP Anshar,
PERWATI, Tarbiyah Islamiyyah, LPTQ dan BKMT. Namun ternyata pembinaan dan
bimbingan keislaman di kabupaten ini terbilang masih kurang maksimal, terlebih
di pedalaman daerah.
Tercatat, baru ada 17 lembaga pendidikan Islam di Tana
Toraja, mencakup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga sekolah menengah, terdiri
dari TK Islam berjumlah 6 buah, Madrasah Diniyyah berjumlah 9 buah, Madrasah
Ibtidaiyyah (setingkat SD) 8 buah, Madrasah Tsanawiyyah (setingkat SMP) hanya
berjumlah 5 buah dan Madrasah Aliyah (setingkat SMA) hanya berjumlah 2 buah.
Umat Islam di Kab. Tana Toraja belum memiliki sekolah
tinggi Islam yang membina calon-calon dai yang ahli dalam ilmu syariah. Di sini,
baru ada satu buah pondok pesantren, yaitu Pesantren Pembangunan Muhammadiyah
Tana Toraja, yang berlokasi di Kecamatan Mengkendek. Dan itu pun, sebagaimana
penuturan salah seorang tenaga pendidik pesantren ini, ternyata muatan materi
yang diajarkan di pesantren ini masih didominasi oleh mata pelajaran umum,
yaitu sebesar 60%, sementara pelajaran agama hanya 40%. Hal ini disebabkan
minimnya tenaga pendidik yang memiliki basis pendidikan di bidang ilmu syariah
dan agama Islam.
Mengapa baru ada satu pesantren? Kesimpulan penulis, berdasarkan
informasi dari sejumlah narasumber, karena mayoritas ustadz/ustadzah di sini
tidak memiliki basis pendidikan pesantren. Sebagian besar dari mereka hanyalah
lulusan perguruan tinggi Islam di luar kabupaten, seperti Makassar, dan lain
sebagainya, kebanyakan dari mereka sibuk bekerja di kantor-kantor negeri maupun
swasta, dan sebagian lagi menjadi guru agama di sekolah-sekolah.
Bahkan, ada beberapa sekolah Islam swasta yang gulung
tikar karena tidak ada peminatnya. Menurut informasi[4], hal itu
disebabkan kurangnya tenaga guru pendidikan agama Islam yang profesional. Sehingga,
sekolah Islam pun dipandang sebelah mata, bahkan oleh masyarakat Muslim
sendiri. Mereka lebih percaya dan bersemangat untuk menyekolahkan anak-anak
mereka di sekolah-sekolah umum negeri. Tercatat, sekolah-sekolah umum tersebut
secara keseluruhan, dari SD hingga SMA, berjumlah 322 sekolah dengan jumlah
tenaga guru agama Islam berjumlah 78 orang.
Memang, di sekolah-sekolah umum tersebut juga diajarkan pelajaran
agama Islam, namun tentunya porsinya sangat jauh dari cukup. Sehingga, wajar
bila mayoritas muslim di Tana Toraja ini memiliki tingkat pemahaman Islam
terbilang rendah. Mayoritas kaum Muslim di sini hanya lulusan SMA, sedikit
sekali yang melanjutkan ke perguruan Tinggi. Kaum muslim yang konsen dan memiliki
pengetahuan agama Islam yang mendalam masih terbilang sangat sedikit, yaitu
hanya mencapai sekitar 1, 21% dari seluruh umat Islam di Tana Toraja. Fenomena
yang berbeda terjadi di umat kristen, dimana banyak di kalangan mereka yang
melanjutkan sekolah di perguruan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan keagamaan
mereka juga tinggi.
Transportasi Menuju Tana Toraja
Untuk
sampai ke Tana Toraja kita bisa melalui jalan
udara menuju Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar, ibu kota provinsi Sulawesi
Selatan. Ada banyak maskapai penerbangan yang terbang ke Makassar, dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Manado, dan
kota lainnya. Dari Bandara Hasanuddin, Makassar terdapat dua pilihan
transportasi yang dapat membawa kita ke Tana
Toraja, yaitu jalur udara dan darat. Jalur udara bisa menggunakan pesawat
kecil berkapasitas 24 orang. Pesawat
ke Tana Toraja hanya terbang dua kali dalam sepekan, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Melalui jalur udara, kita akan sampai di Bandara Pongtiku, di Rantetayo, Tana Toraja, dalam waktu 45
menit.
Sedangkan melalui jalur darat, kita bisa naik bus atau menyewa mobil. Di Bandara Hasanuddin tersedia bus Damri yang terparkir di
sebelah kanan tidak jauh dari pintu keluar. Ketika kita keluar pintu bandara,
kita harus waspada dan berhati-hati, sebab terdapat banyak sekali sopir taksi
yang menawarkan jasa tumpangannya dengan variasi harganya, berkisar Rp 100.000
ke atas, sementara bila kita naik bus DAMRI, kita hanya cukup mengeluarkan uang
Rp 25.000.
Selanjutnya, kita turun di terminal bus DAYA, Makassar, sekitar 15 menit dari bandara. Di terminal ini
terdapat sejumlah armada bus tujuan
Tana Toraja setiap harinya. Jadwal
keberangkatannya yaitu pukul 7:00, 13:00-02:00 dan
19:00-20:00 waktu setempat (WITA). Melalui jalur ini, untuk tiba di Tana Toraja kita
membutuhkan waktu tempuh sekitar 8 jam. Namun, apabila kita lebih memilih untuk
menyewa mobil, sebaiknya sudah dipersiapkan sejak sebelum kita tiba di Bandara
Hasanuddin Makassar.[]
Tana Toraja-Jakarta, Juni-Juli 2014
[1] Satu-satunya
pesantren di Kabupaten Tana Toraja dan sudah berdiri sejak 23 tahun yang lalu.
[2] Menurut informasi dari pejabat Kantor Kemenag Tana Toraja, STAKN adalah
satu-satunya sekolah tinggi agama Kristen di wilayah Timur Indonesia. Sekolah
ini berstatus Negeri dan dibangun dengan kas negara melalui Dirjen Bimas
Kristen RI.
[3] Daftar nama-nama masjid di Tana Toraja secara keseluruhan terlampir.
[4] Narasumber bernama Basyiruddin, bendahara IPM (Ikatan Pemuda Muhammadiyah)
Tana Toraja.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar