Tuesday, May 26, 2015

Sekolahku Penjaraku

Menafsir sebuah teks 

Di sebuah dinding pagar di suatu daerah di Cirebon tertulis: "Sekolahku Penjaraku."

Multi tafsir, memang.

Kalau boleh menafsir, penjara diidentikkan sebagai sebuah tempat yang mengekang kebebasan dan penuh dengan penderitaan, tembok derita. Mengerikan sekali bukan?! Karena itu, di zaman kini, dimunculkan istilah pengganti yang lebih manusiawi, LP, Lembaga Pemasyarakatan. Di LP, seorang narapidana bebas mendapatkan pelatihan, bimbingan, kursus, termasuk mengontrol bisnis narkobanya..hehe

Oleh sang anak, sekolahnya disebutnya sebagai penjara. Tempat yang penuh derita dan ketidakbebasan.

Bisa pula, ini hanya sebuah ungkapan kewajaran seorang anak. Hanya kesan positif anak, dimana sekolah yang merupakan sebuah lembaga pendidikan. Di sana, aturan ditegakkan, agar seorang anak tidak berbuat semaunya, seenakudele, ikuti hawa nafsunya. Di sana, kita diberitahu mana yang boleh, mana yang tidak. Sehingga, ia tuliskan itu sebagai bentuk deklarasi, unkapan persetujuannya terhadap sekolahnya. Ya, memang sekolah semestinya begitu. Mungkin begitu maksudnya.

Atau bisa jadi, sebaliknya, karena sang anak merasa terkekang dan menderita. Dimana sebelumnya, di rumahnya dan di ruang luar sekolah, ia bebas berkreasi, tanpa batas, sebebasnya. Lantas, di sekolah ia merasa terzalimi. Karena kreatifitasnya dikebiri, sehingga ia pun menuliskan ungkapan protesnya di dinding milik warga, bukan di majalah dinding atau dinding facebook.hehe

Atau bisa pula, memang si anak yang 'nakal', tak mau diatur, 'brandal', dlsb, sehingga saat sekolah menerapkan kedisiplinan, ia melanggar aturan, lantas dihukum. Dan coretan dinding itu sebagai bentuk kekecewaannya.

Teks, sebagai sebuah objek bisa multi tafsir. Apalagi kita (aku saja lah) belum tahu, siapa yang nulis, kapan ditulis, bagaimana kondisi psikologis penulis saat itu, dan apa yang melatarbelakanginya. Selain itu, sebuah istilah yang musytarak, bermakna lebih dari satu, bisa menimbulkan ambiguitas. Melihat konteks merupakan salah satu yang bisa mendekati maksud asli dari penulis teks. Menelusuri makna sebuah kata atau istilah yang digunakan oleh penulis pada saat itu juga penting. Karena, suatu istilah, bisa berbeda makna antara zaman.

Kendati bagaimanapun, rasanya sulit bisa memastikan hakekat maksud penulis dengan tulisannya. Inilah mungkin letak urgensi hermeneutika sebagai sebuah tool untuk memahami teks. Pembaca hanya berupaya untuk mendekati maksud penulis. Bukan mengklaim diri sebagai penafsir yang paling tepat, sementara tafsiran lain salah.
Anda juga bebas menafsirkan teks ini. Bebas menilai apa naksud di baliknya. Apa pula sasaran yang hendak dituju.
wallahu a'lam.


Cirebon, 26/05/2015

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentar

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan #NulisBarengSLI #HariGuruNasional2020 #SahabatLiterasiIAICirebon Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribad...