Menafsir sebuah teks
Multi tafsir, memang.
Kalau boleh menafsir, penjara
diidentikkan sebagai sebuah tempat yang mengekang kebebasan dan penuh dengan penderitaan,
tembok derita. Mengerikan sekali bukan?! Karena itu, di zaman kini, dimunculkan
istilah pengganti yang lebih manusiawi, LP, Lembaga Pemasyarakatan. Di LP,
seorang narapidana bebas mendapatkan pelatihan, bimbingan, kursus, termasuk
mengontrol bisnis narkobanya..hehe
Oleh sang anak, sekolahnya
disebutnya sebagai penjara. Tempat yang penuh derita dan ketidakbebasan.
Bisa pula, ini hanya sebuah
ungkapan kewajaran seorang anak. Hanya kesan positif anak, dimana sekolah yang
merupakan sebuah lembaga pendidikan. Di sana, aturan ditegakkan, agar seorang
anak tidak berbuat semaunya, seenakudele, ikuti hawa nafsunya. Di sana, kita
diberitahu mana yang boleh, mana yang tidak. Sehingga, ia tuliskan itu sebagai
bentuk deklarasi, unkapan persetujuannya terhadap sekolahnya. Ya, memang
sekolah semestinya begitu. Mungkin begitu maksudnya.
Atau bisa jadi, sebaliknya,
karena sang anak merasa terkekang dan menderita. Dimana sebelumnya, di rumahnya
dan di ruang luar sekolah, ia bebas berkreasi, tanpa batas, sebebasnya. Lantas,
di sekolah ia merasa terzalimi. Karena kreatifitasnya dikebiri, sehingga ia pun
menuliskan ungkapan protesnya di dinding milik warga, bukan di majalah dinding
atau dinding facebook.hehe
Atau bisa pula, memang si anak
yang 'nakal', tak mau diatur, 'brandal', dlsb, sehingga saat sekolah menerapkan
kedisiplinan, ia melanggar aturan, lantas dihukum. Dan coretan dinding itu
sebagai bentuk kekecewaannya.
Teks, sebagai sebuah objek bisa
multi tafsir. Apalagi kita (aku saja lah) belum tahu, siapa yang nulis, kapan
ditulis, bagaimana kondisi psikologis penulis saat itu, dan apa yang
melatarbelakanginya. Selain itu, sebuah istilah yang musytarak, bermakna lebih
dari satu, bisa menimbulkan ambiguitas. Melihat konteks merupakan salah satu
yang bisa mendekati maksud asli dari penulis teks. Menelusuri makna sebuah kata
atau istilah yang digunakan oleh penulis pada saat itu juga penting. Karena,
suatu istilah, bisa berbeda makna antara zaman.
Kendati bagaimanapun, rasanya
sulit bisa memastikan hakekat maksud penulis dengan tulisannya. Inilah mungkin
letak urgensi hermeneutika sebagai sebuah tool untuk memahami teks. Pembaca
hanya berupaya untuk mendekati maksud penulis. Bukan mengklaim diri sebagai
penafsir yang paling tepat, sementara tafsiran lain salah.
Anda juga bebas menafsirkan teks
ini. Bebas menilai apa naksud di baliknya. Apa pula sasaran yang hendak dituju.
wallahu a'lam.
wallahu a'lam.
Cirebon, 26/05/2015
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar