Wednesday, June 17, 2015

Sedikit Kutipan Tentang Syiah


Saat sebuah tafsir keislaman dianggap sebagai Islam itu sendiri. Saat pemahaman terhadap al-Qur'an dan as-Sunnah dianggap sebagai firman Tuhan dan sabda Nabi saw sendiri. Saat kebenaran atas pendapat dimonopoli sendiri. Aku yang paling benar. Yang lain adalah salah, sesat dan neraka. Akhir-akhir ini, negeri ini mengalami krisis toleransi. Propaganda kebencian terhadap kelompok lain yang dianggap sesat begitu gencar. Seakan bagian dari ibadah dan wujud keimanan. Bahkan, tidak jarang, tindak kekerasan fisik pun mewarnai. 

Di antara kelompok yang dianggap sesat tersebut adalah Syiah/ Rafidhah. Tak jarang, spanduk dan teriakan anti Syiah, Syiah bukan Islam muncul dari mereka. Di antara para pesoraknya yaitu sebagian (kecil/besar) kalangan (sebut gak ya? Udah pada tahu sih. Yang ngrasa, nanti penulis dianggapnya antek Syiah atau JIL..hehe). Ya, ada dari kalangan Sunni garis 'lurus', fundamentalis, baik dari Aswaja ataupun Salafi-Wahabi. Di antara pemicunya jelas, yaitu karena ada banyak perbedaan yang dianggap mendasar antara Syi'ah dengan Sunni, di antaranya: 
1. Dalam hal variasi rukun iman, dimana dalam Sunni, rukun iman ada 6. Sementara dalam Syiah, imamah termasuk dlm rukun iman.
 2. Kalangan Syiah mencela sebagian (besar) sahabat Nabi saw, Sayyidah Aisyah dsb. Sementara Sunni mencintai mereka dan mereka dianggap adil, tanpa terkecuali. Sementara mencela sahabat, sbgmn dlm sebuah riwayat, adalah kekufuran.
 3. Dalam musthalah hadis. Syiah hanya menerima riwayat dari Ahli Bait, dan mereka dianggap suci dari dosa. Dst.. 

Banyak kiranya buku diterbitkan untuk melegitimasi kesesatan Syiah dan bahwa mereka adalah Kafir, bukan bagian dari Islam. Klaim kepalingselamatan Sunni Ahlussunah wal Jamaah dipicu oleh salah satunya Hadis Nabi saw tentang perpecahan umat, yaitu:

 ستفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة 

Artinya, "Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan." Dalam riwayat lain, "Semuanya di neraka, kecuali satu, yaitu yang berpegang teguh pada Sunnahku dan Sahabatku." 

Dalam riwayat lain, yaitu ahlussunnah wal jamaah. Hadis tersebut sangat masyhur di kalangan Sunni, dan dianggap sebagai hadis Shahih. Hadis ini meligitimasi kepalingbenaran. Sebab karena hadis tersebut, klaim yang paling nyunnnah, paling ahlussunnah pun terkadang muncul. Intinya, klaim paling benar. Sementara yang lain salah. Dimana berujung pada sesat dan neraka. 

Sebenarnya, kalangan Sunni sendiri berbeda pendapat terkait golongan selain Sunni. Mahmas al-Ja'lud menyebutkan paling tidak ada tiga pendapat soal ini, yaitu: 

Pendapat pertama, selain ahlussunnah, semua kafir. Ini pendapat sebagian orang kontemporer, yang menisbatkan diri sebagai ulama. 

Pendapat kedua, yang termasuk kafir adalah Jahmiyyah (para pengikut Jahm bin Shafwan), sementara Syiah, Khawarij, Qadariyyah dan Murjiah tidak dianggap kafir. Ini adalah pendapat Yusuf bin Asbath, Abdullah bin Al-Mubarak, dsb..

 Pendapat ketiga, tidak mengkafirkan seorang pun hanya karena melakukan bid'ah. Mereka hanya mendapat ancaman dosa kefasikan dan kemaksiatan (vol. 2. Hlm. 69). 

Namun, tahukah Anda, ternyata seorang ulama besar yang menjadi acuan dan rujukan kalangan Sunni-Salafi-Wahabi, yaitu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu alQayyim al-Jauziyyah tidak mengeluarkan Syiah-Rafidhah dari lingkaran Islam. Mereka menganggap bahwa Syiah, sebagaimana Murjiah, Qadariyah dan Bathiniyyah, bagian dari Islam, meskipun terdapat kebid'ahan dan kesalahan takwil, menurut Sunni.


Ah, masak sih?! Ngarang ah. Mana buktinya? Saya temukan satu fakta 'unik' ini. Bila ada fakta dan data lain, silahkan saja. Toh, saya juga cuma mengutip.

وقد سئل ابن تيمية رحمه الله عن رجل يفضل اليهود والنصارى على الغلاة من الفرق الباطنية. فأجاب: أن كل من كان مؤمنا بما جاء به محمد صلى الله عليه وسلم فهو خير من كل من كفر به، وإن كان في إيمانه ذلك نوع من البدعة، سواء كانت بدعة التشيع، أو من المرجئة والقدرية وغيرهم، فإن اليهود والنصارى كفار كفراً معلوما بالاضطرار من دين الإسلام، والمبتدع إذا كان يحسب أنه موافق للرسول صلى الله عليه وسلم لا مخالفا له، لم يكن كافرا به، ولو قدر أنه يكفر فليس كفره مثل كفر من كذب الر سول صلى الله عليه وسلم.. 

("Suatu ketika, Ibnu Taimiyyah, guru Ibnu AlQayyim, pernah ditanya ttg sorang yang lebih mengunggulkan Yahudi dan Nasrani daripada kalangan Bathiniyyah ekstrim. Beliau berkata: "Setiap orang mukmin, yang beriman kpd Nabi Muhammad saw adalah lebih baik daripada yg kafir, meskipun dlm dirinya terdapat sejenis bid'ah, sama saja apakah bid'ah Tasyayyu' (kesyiahan) ataukah Murjiah, Qadariah, dsb. Orang Yahudi dan Nasrani jelas bukan bagian dari Islam. Sementara pelaku bid'ah, jika ia mengira sesuai dengan tuntunan Rasul saw, tidak menyelisihi, tidaklah kafir karena bid'ahnya. Andaipun kebidahannya kita perkirakan pada tingkat kufur, tentu kekufurannya tidak selevel dengan kekufuran yang menginkari Rasul saw.)(Majmu' Al-Fatawa. Ibnu Taimiyah. Juz 35. Hlm. 201). 

 Sementara dalam Iqamatud Dalil 'Ala Ibthal at-Tahlil (3/188), disebutkan:
 سئل عن رجل يفضل اليهود والنصارى على الرافضة؟ الجواب: .........الخ 

Jawabannya sama..

 Sejalan dengan gurunya, Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah ketika menjelaskan hadis 73 golongan tersebut berkata: "Hadis tersebut menunjukkan bahwa semua golongan tersebut (73) tidak keluar dari lingkaran Islam. Sebab, Nabi saw telah menjadikan mereka bagian dari umat beliau. Hadis tersebut juga menunjukkan bahwa pentakwil tidak dikeluarkan dari lingkaran Islam, meskipun salah." (Tahdzib Sunan Abi Dawud. Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah. Juz 7. Hlm. 154)

 Dengan demikian, dalam masalah ini, para ulama beda pendapat. Bahkan, dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah dan muridnya sangat inklusif dan terbuka pandangannya.[]

Wallahu a'lam Cirebon, 16/06/2015

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentar

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan #NulisBarengSLI #HariGuruNasional2020 #SahabatLiterasiIAICirebon Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribad...