Sebagai pendatang baru dalam dunia literasi, tulis-menulis, tentu bisa sangat kentara cita rasa hasil tulisanku yang serba ala kadarnya. Bukan hanya tak bermutu, tapi memang tak layak disebut tulisan. Namun itu wajar lah, karena memang masih pemula.
Pernah suatu ketika saya membaca sebuah tulisan. Dalam tulisannya, ditegaskan bahwa menulis adalah soal jam terbang. Semakin sering seseorang menulis, semakin bagus kualitas tulisannya, katanya. Selayaknya seorang pilot, lanjutnya, bisa peroleh ijin terbang saat ia telah berhasil terbangkan pesawat dengan aman sebanyak sekian kali, sebab diasumsikan ia telah lihai menerbangkan pesawat di udara. Benar² menerbangkan pesawat asli. Bukan cuma simulasi di game aplikasi ataupun pesawat mainan remote control, atau pula replika.
Begitu pula halnya dengan menulis. Katanya lagi, semakin sering menulis, maka semakin bagus hasil tulisannya. Seorang pemula, seperti saya ini, masihlah sebatas belajar menulis hal biasa dengan gaya tulisan yang sangat² biasa, bahkan bisa jadi tanpa makna dan guna. Just write lah. Masih belajar merangkai kata² yang terserak dalam otak. Mengumpulkan potongan² puzle yang berserakan tak beraturan. Jangankan orang tertarik untuk baca, lihat saja malas. Jangankah kasih apresiasi, ngasih komentar negatif saja ogah.
Berbeda dengan penulis beneran, yang sudah lihai dalam menulis, dengan jam terbang tinggi. Mereka bukan lagi berkutat pada bagaimana menulis, menuangkan ide agar dipahami, tapi bagaimana ide itu dirangkai dengan kata² yang menghibur, membikin takjub, membuat pembacanya tersenyum, tertawa, bahkan bisa juga menangis karena tersentuh hatinya. Katanya, sesuatu yang keluar dari hati akan sampai ke hati. Bisa jadi, perlu juga hati dilatih untuk masuk dalam tulisan, agar tulisantak hambar tak berasa. Tak mlempem layaknya krupuk lama kena angin, tapi renyah serasa keripik (bukan rokok) sukun atau bentol yang baru dientas dari penggorengannya.
Karena itu teruslah menulis wahai saya. Karena, katanya, sering² menulis akan membuat lihai menulis. Beristiqamahlah wahai saya, meski istiqamah itu sulit dan berat. Karena 'setan' dalam diri terus berkata,
"Ngapain nulis? Tulisanmu jelek dan gak bakalan bagus dan menarik. Kalau bagus, mengapa tulisan kau belum juganongol di media massa. Kalau bagus, kenapa yang baca blogmu tidak ada?"
"Ah, gak usah nulislah. Buat apa? Nambah masalah saja. Masalahmu udah banyak bro."
"Ah, ngapain kamu nulis? Ngabisin waktu saja. Tulisanmu gak laku. Tulisanmu gak bisa jadi duit. Sia² saja." Lanjut setan dalam diri.
Iya, ternyata. Menulis memang tidak bisa mengenyangkan. Hanya habiskan waktu. Karena itu, aku jarang menulis. Ternyata, selain ada setan yang membisik. Sekarang saya pun membenarkan bisikannya.
Silahkan menulis, bila mau. Tidak mau juga gak apa-apa. Dan, sebaiknya sekarang tidurlah. Biar esok bisa bangun pagi sebelum fajar tiba.
Cirebon, 29/09/2015
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar