Monday, September 26, 2016

Tak Selamanya Cinta Hadir dengan Rupa yang Sama

Resensi Novel "SEnja Terbelah di Bumi Surabaya" (STBS) karya Eni Ranawati
Oleh: Tamsiruddin

Judul Buku     : Senja Terbelah di Langit Surabaya
Pengarang      : Eni Ratnawati
Penerbit          : Writing Revolution Yogyakarta
Edisi               : I, 2015
Tebal              : 400 halaman
Setiap manusia terlahir dengan cinta. Ia akan tumbuh dan menjadi dewasa dengan melahirkan berjuta kisah cinta hingga benar-benar pulang kepada sang mahacinta. Meski kadang layu, namun cinta tak pernah mati. Cepat atau lambat, cinta akan tumbuh dengan cabang-cabangnya yang baru. Setiap cinta yang tumbuh juga pasti akan menemui jalannya untuk pulang.
Novel ini dibuka dengan sebuah tragedi yang begitu memilukan. Seorang wanita paruh baya ditemukan tak berdaya di sebuah jalanan sepi dengan luka di pergelangan kakinya. Polisi menyelidiki kasus ini dan berbagai spekulasi pun muncul dengan penemuan wanita itu. Hal yang paling tidak bisa dielakkan dengan tragedi seperti ini adalah perselingkuhan dalam rumah tangga. Namun, siapa yang tega melakukannya?
Novel ini mengisahkan tentang seorang pemuda tampan, pewaris tunggal perusahaan ternama di Jakarta, Dirgantara Group. Ia juga merupakan motivator bisnis ternama. Karena ketampanan dan kecermerlangan kariernya, ia terkenal dan banyak mengisi acara-acara di radio dan televisi swasta. Bayu Dirgantara memimpin perusahaanya dengan penuh tanggung jawab. Ia memiliki sekretaris yang begitu loyal bernama Reta. Sebenarnya selain menjadi sekretaris, Reta juga menyimpan perasaan kepada bos tampannya itu.
Suatu hari, Bayu berangkat ke Surabaya bersama dengan seorang karyawatinya, Nouri, yang notabene merupakan adiknya sendiri, tapi hal ini dirahasiakan di kantornya. Selama di Surabaya, Bayu mengisi berberapa seminar dan menjalankan tanggung jawab terberatnya, yaitu janji kepada mendiang Dirgantara sebelum pulang kepada penciptanya. Ia juga harus berhadapan dengan masa lalunya yang telah tertinggal jauh di belakangnya. Natasha, gadis cantik yang begitu terkenal dengan usaha resto dan butiknya menyambut Bayu dengan penuh cinta di Surabaya.
Setelah beberapa hari di Surabaya, Bayu mulai menjalankan misi rahasianya. Sementara adiknya, Nouri memilih pergi berlibur sendiri karena tak ingin berkhianat kepada ibunya, Marissa, nyonya Dirgantara. Di tengah kesibukannya, Bayu bertemu dengan seorang gadis, Nayla, dari keluarga sederhana yang akan mengantarkannya pada titik-titik terang dari sekelumit rahasia yang ia sembunyikan. Nayla diangkat menjadi staf khusus Bayu selama di Surabaya. Nayla membantu Bayu menemukan Teguh Dirgantara, anak dari Mariana, istri simpanan ayahnya.
Bayu menghabiskan waktunya selama tiga minggu untuk menemukan Teguh Surya di Surabaya. Selama tiga minggu itu, ia ditemani oleh Nayla. Potongan-potongan kisah yang mereka cari ditemukannya satu per satu. Teka-teki tentang penyebab seorang wanita menjadi korban tabrak lari di tengah jalan gelap sunyi dua puluh tahun silam mulai terjawab. Getirnya kehidupan akibat penghianatan seorang sahabat terkuak satu persatu. Tak ada yang bisa tersembunyi, semua dampak cinta yang salah pada masa lalu bermunculan membuat keluarga Dirgantara harus kuat menghadapi goncangan kehidupan. Namun, Marissa, seorang ibu yang tetap menjadi malaikat dalam segala kondisi. Ia bak lilin yang selalu rela membiarkan dirinya terbakar demi menerangi jalan hidup anak-anaknya dan orang di sekitarnya. Ia dengan lapang menjadi obat atas luka dari kesalahan yang telah dilakukan oleh suaminya sendiri.
Novel ini dikembangkan dengan teka-teki kehidupan masa lalu keluarga Bayu Dirgantara dan dibalut misteri yang membuat pembaca penasaran dengan kelanjutan kisahnya. Namun dibagian awal cerita, pengarang kurang lihai memunculkan tokoh sehingga tokoh-tokoh yang muncul di bagian awal terkesan bertumpuk. Penggunaan nama sapaan tokoh (Sasha untuk Natasha) kurang tepat karena dapat menimbulkan kesan bahwa Sasha adalah tokoh lain, sebaiknya pengarang menggantinya dengan sapaan Tasya. Selain itu, penggunaan konjungsi dan di awal kalimat tidak baku dan merusak cerita, terutama di bagian prolog yang kebetulan tokoh cerita juga bernama Dan (Inspektur Dan).
Pengarang terkesan berani mengangkat kehidupan real pengusaha-pengusaha kaya yang kadang terbelit dengan masalah rumah tangga yang berujung pada perselingkuhan. Perjuangan seorang ibu dan keteguhan hati seorang anak laki-laki yang menjadi hero dalam sebuah keluarga patut diteladani. Namun, penggambaran kehidupan malam Kota Surabaya yang dituangkan dalam tiga adegan cerita ini terkesan berani sehingga novel ini kurang baik dibaca oleh anak-anak.

Secara umum, ceritanya menarik. Sayangnya, penggambaran tokoh dan setting cerita terlalu detail dan kurang apik sehingga pembaca cenderung bosan dan kabur dengan inti cerita pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, penggambaran konflik dalam satu waktu sama kurang tersusun rapi sehingga pembaca bingung dengan alur cerita. Butuh pengulangan (kilas balik) untuk memahami ceritanya.  Ada beberapa pergantian bab yang terasa agak patah (kurang sinkron), namun pada bagian akhir ceritanya begitu menyatu, membuai. Sayangnya, pertemuan antara Bayu dengan saudara tirinya, Tegar, begitu hambar. Klimaks cerita berlalu begitu saja tanpa ketegangan. Selain itu, masih terdapat kesalahan editing hampir di setiap halamannya, terutama penulisan kata yang tersambung, padahal seharusnya terpisah, (semisal: "halini" seharusnya "hal ini"). Di samping itu, penggunaan kata "hektar" seharusnya dituliskan dalam bentuk baku, yaitu "hektare".[]

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentar

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan #NulisBarengSLI #HariGuruNasional2020 #SahabatLiterasiIAICirebon Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribad...