Resensi Novel "SEnja Terbelah di Bumi Surabaya" (STBS) karya Eni Ranawati
Oleh: Tamsiruddin
Pengarang : Eni
Ratnawati
Penerbit :
Writing Revolution Yogyakarta
Edisi : I, 2015
Tebal :
400 halaman
Setiap
manusia terlahir dengan cinta. Ia akan tumbuh dan menjadi dewasa dengan
melahirkan berjuta kisah cinta hingga benar-benar pulang kepada sang mahacinta.
Meski kadang layu, namun cinta tak pernah mati. Cepat atau lambat, cinta akan
tumbuh dengan cabang-cabangnya yang baru. Setiap cinta yang tumbuh juga pasti
akan menemui jalannya untuk pulang.
Novel
ini dibuka dengan sebuah tragedi yang begitu memilukan. Seorang wanita paruh
baya ditemukan tak berdaya di sebuah jalanan sepi dengan luka di pergelangan
kakinya. Polisi menyelidiki kasus ini dan berbagai spekulasi pun muncul dengan
penemuan wanita itu. Hal yang paling tidak bisa dielakkan dengan tragedi
seperti ini adalah perselingkuhan dalam rumah tangga. Namun, siapa yang tega
melakukannya?
Novel
ini mengisahkan tentang seorang pemuda tampan, pewaris tunggal perusahaan
ternama di Jakarta, Dirgantara Group. Ia juga merupakan motivator bisnis
ternama. Karena ketampanan dan kecermerlangan kariernya, ia terkenal dan banyak
mengisi acara-acara di radio dan televisi swasta. Bayu Dirgantara memimpin
perusahaanya dengan penuh tanggung jawab. Ia memiliki sekretaris yang begitu
loyal bernama Reta. Sebenarnya selain menjadi sekretaris, Reta juga menyimpan
perasaan kepada bos tampannya itu.
Suatu
hari, Bayu berangkat ke Surabaya bersama dengan seorang karyawatinya, Nouri, yang
notabene merupakan adiknya sendiri, tapi hal ini dirahasiakan di kantornya.
Selama di Surabaya, Bayu mengisi berberapa seminar dan menjalankan tanggung
jawab terberatnya, yaitu janji kepada mendiang Dirgantara sebelum pulang kepada
penciptanya. Ia juga harus berhadapan dengan masa lalunya yang telah tertinggal
jauh di belakangnya. Natasha, gadis cantik yang begitu terkenal dengan usaha
resto dan butiknya menyambut Bayu dengan penuh cinta di Surabaya.
Setelah
beberapa hari di Surabaya, Bayu mulai menjalankan misi rahasianya. Sementara
adiknya, Nouri memilih pergi berlibur sendiri karena tak ingin berkhianat
kepada ibunya, Marissa, nyonya Dirgantara. Di tengah kesibukannya, Bayu bertemu
dengan seorang gadis, Nayla, dari keluarga sederhana yang akan mengantarkannya
pada titik-titik terang dari sekelumit rahasia yang ia sembunyikan. Nayla
diangkat menjadi staf khusus Bayu selama di Surabaya. Nayla membantu Bayu
menemukan Teguh Dirgantara, anak dari Mariana, istri simpanan ayahnya.
Bayu
menghabiskan waktunya selama tiga minggu untuk menemukan Teguh Surya di
Surabaya. Selama tiga minggu itu, ia ditemani oleh Nayla. Potongan-potongan
kisah yang mereka cari ditemukannya satu per satu. Teka-teki tentang penyebab
seorang wanita menjadi korban tabrak lari di tengah jalan gelap sunyi dua puluh
tahun silam mulai terjawab. Getirnya kehidupan akibat penghianatan seorang
sahabat terkuak satu persatu. Tak ada yang bisa tersembunyi, semua dampak cinta
yang salah pada masa lalu bermunculan membuat keluarga Dirgantara harus kuat
menghadapi goncangan kehidupan. Namun, Marissa, seorang ibu yang tetap menjadi
malaikat dalam segala kondisi. Ia bak lilin yang selalu rela membiarkan dirinya
terbakar demi menerangi jalan hidup anak-anaknya dan orang di sekitarnya. Ia
dengan lapang menjadi obat atas luka dari kesalahan yang telah dilakukan oleh
suaminya sendiri.
Novel
ini dikembangkan dengan teka-teki kehidupan masa lalu keluarga Bayu Dirgantara
dan dibalut misteri yang membuat pembaca penasaran dengan kelanjutan kisahnya.
Namun dibagian awal cerita, pengarang kurang lihai memunculkan tokoh sehingga
tokoh-tokoh yang muncul di bagian awal terkesan bertumpuk. Penggunaan nama
sapaan tokoh (Sasha untuk Natasha) kurang tepat karena dapat menimbulkan kesan
bahwa Sasha adalah tokoh lain, sebaiknya pengarang menggantinya dengan sapaan
Tasya. Selain itu, penggunaan konjungsi dan di awal kalimat tidak baku dan
merusak cerita, terutama di bagian prolog yang kebetulan tokoh cerita juga
bernama Dan (Inspektur Dan).
Pengarang
terkesan berani mengangkat kehidupan real
pengusaha-pengusaha kaya yang kadang terbelit dengan masalah rumah tangga
yang berujung pada perselingkuhan. Perjuangan seorang ibu dan keteguhan hati
seorang anak laki-laki yang menjadi hero dalam
sebuah keluarga patut diteladani. Namun, penggambaran kehidupan malam Kota
Surabaya yang dituangkan dalam tiga adegan cerita ini terkesan berani sehingga
novel ini kurang baik dibaca oleh anak-anak.
Secara
umum, ceritanya menarik. Sayangnya, penggambaran tokoh dan setting cerita
terlalu detail dan kurang apik sehingga pembaca cenderung bosan dan kabur
dengan inti cerita pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, penggambaran
konflik dalam satu waktu sama kurang tersusun rapi sehingga pembaca bingung
dengan alur cerita. Butuh pengulangan (kilas balik) untuk memahami
ceritanya. Ada beberapa pergantian bab
yang terasa agak patah (kurang sinkron), namun pada bagian akhir ceritanya begitu
menyatu, membuai. Sayangnya, pertemuan antara Bayu dengan saudara tirinya,
Tegar, begitu hambar. Klimaks cerita berlalu begitu saja tanpa ketegangan.
Selain itu, masih terdapat kesalahan editing hampir di setiap halamannya,
terutama penulisan kata yang tersambung, padahal seharusnya terpisah, (semisal: "halini" seharusnya "hal ini"). Di samping itu, penggunaan kata "hektar" seharusnya dituliskan
dalam bentuk baku, yaitu "hektare".[]
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar