Fajar dari ufuk barat belumlah menyingsing. Sahut menyahut kokok ayam jago di lorong-lorong gelap belakang rumah. Dan, daun-daun hijau pun dahan ranting masih basah dengan embun malam. Gema suara adzan terdengar parau dari corong menara Baiturrahman. Jarum besar jam di dinding menunjuk arah angka 3. Dinding masjid, dinding rumahmu, rumah para janda, hingga rumah para jomblo pun sama. Kumandang adzan awal, jelang fajar. Allahu akbar Allahu akbar.
Ada yang terbangun terkaget oleh suara parau khas itu, lantas ke kamar mandi, pipis lalu melanjutkan mimpi kembali. Ada yang sadar, gelar sajadah munajat pada Ilahi Rabbi.
Tepat di depannya, lebih tepatnya jalanan di utara dan timurnya, tampak sudah mulai hilir menuju satu titik. Dari arah selatan, cukup jauh dari sana, berkilo-kilo meteran, para pedagang mulai berdatangan, dari pejalan kaki hingga motoran. Dari Sidodadi, dusun terjauhnya, hingga dari Payaman, tetangga kecamatan Paciran. Dari arah barat, Tunggul, Paciran, hingga Tuban. Dari arah timur, pun sudah mulai ramai dengan mobil bak dan truk balok es penyegar ikan, saat mentari masih di peraduan. Kranji pagi sudah cukup ramai dengan perdagangan.
##
Desa Kranji terbentang di tepi pantai utara laut Jawa. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Payaman, Solokuro. Sebelah baratnya, sebuah kali melintang menuju laut utara, mengiris desa Kranji dengan desa,Tunggul, Paciran. Sebelah timur, dusun Banjaranyar, desa Banjarwati dan desa Drajat, terpisah sebuah sungai terkenal dengan kali suwuk. Kali yang penuh dengan mitos dan misteri, menyimpan rahasia tak terpercahkan, layaknya hati wanita yang diam redam.
Kranji terdiri dari tiga wilayah dusun. Ialah dusun Kranji, selayaknya sebuah "ibu kota" bagi desa nelayan ini. Kantor pemerintahan Kranji ada di dusun ini, dan desa dg dusun Kranji layaknya dua nama satu entitas, menyatu dalam satu tubuh, wihdatul wujud wasy syuhud. Berikutnya, dusun Tepanas. Terletak sebelah tenggara (selatan-timur) dusun Kranji. Dusun ini lebih terkenal di lidah dan telinga masyarakat sekitar dg nama Njetis. Kamu pernah dengar nama Brumbun atau Brumbung? Tempat wisata pemandian air hangat yang masih perawan di dekat hutan Jati Mertai itu masuk dalam wilayah dusun Tepanas, desa Kranji. Cukup jauh memang dari desanya. Dan ketiga, dusun Sidodadi. Dusun yang berada di arah selatan cukup jauh ini lebih dikenal dengan nama Setalok. Dusun ini cukup dekat dengan desa Payaman, Solokuro, hanya dibatasi sebuah hutan Jati. Akses jalan dari dan ke Kranji, kini sudah bagus, mulai dari aspal, cor, hingga paving block, sebagai tuntutan kebutuhan trasportasi zaman modern.
Berdasarkan data sensus penduduk yang terekam oleh arsip desa tahun 2015, desa Kranji didiami oleh 6.351 orang penduduk, laki-laki dan perempuan; pria sebanyak 3.105, dan wanita sebanyak 3.246, selisihnya 141 orang. Perbandingan yang cukup, biasa. Tentu ini yang resmi, pemilik KTP Kranji. Belum termasuk pendatang yang mengadu nasib di desa pesisir ini, sebagai nelayan, pedagang, buruh pabrik, pelayan warung kopi, dsb. Belum lagi santri² yang mendiami dua pesantren di desa ini. Sebanyak sekitar 1.812 rumah tangga mendiami desa dengan luas pemukiman 40,407 ha, dari luas wilayah secara keseluruhan desa 484,107 ha.
Pendidikan di desa Kranji bisa dibilang maju. Di sini, terdapat sebuah lembaga pendidikan Islam berdiri sejak satu abad lebih, yaitu Tarbiyatut Tholabah. Pondok Pesantren yang namanya kerap disingkat Tabah ini merupakan lembaga pendidikan swasta pertama yang berdiri di desa Kranji, tepatnya pada tahun 1897 M. Di pesantren ini, dikelola pendidikan formal, dari TK, TPQ hingga Perguruan Tinggi. Selain itu, di sebelah timur laut desa, ada sebuah sekolah negeri, SDN 1 berdiri. Sementara SDN 2 ada di dusun Tepanas. Sebelah barat Pesantren yang dikenal dengan singkatan Tabah Kranji ini, belum lama ini berdiri sebuah pesantren bernama Pesantren At-Taqwa Muhammadiyah. Sebelumnya, sudah berdiri dan berjalan lama sebuah sekolah perguruan Muhammadiyah yang terletak di pojok barat daya masjid desa Baiturrahman. Sekolah di bawah Muhammadiyah ini mengelola pendidikan formal dari TK hingga SMK. [masyharie]
Cirebon, Januari 2017
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar