Sederhana. Itulah kesan saya ketika membaca satu persatu tulisan santri-santri MT Enha Warnasari. Meskipun, terkadang saya mendapati sebagian dari mereka menuliskan sesuatu yang tak terbayangkan dan tak terpikirkan oleh saya. Amazing.
Setiap kali hendak meminta mereka menulis di rumah, saya bilang, "Tulislah apa yang ingin kalian tulis. Tulis apa yang kalian rasakan, pikirkan, inginkan, harapkan, impikan dan lakukan, secara bebas. Dan, jangan takut salah!" "Kalian tulis, minimal setengah halaman buku tulis, sehalaman, atau lebih, boleh." Kata saya. Dan, seusai baca, saya terakan kata "baik sekali" atau "A", sebagai bentuk apresiasi atas tulisan mereka.
Dari sekian banyak anak (15 anak), ternyata 100% bisa nulis. Yang saya maksud bisa menulis adalah bisa dan berani mengungkapkan dan ekspresikan ide dan pikiran ke dalam tulisan. Sebelumnya, mereka mengaku bahwa tradisi menulis bebas ini belum terbiasa mereka lakukan selama ini. Perlu diketahui, bahwa santri-santri yang saya maksud paling kecil anak kelas 3 SD, dan paling besar anak kelas 7 SMP.
Ada di antara mereka yang menulis tanpa titik koma, tanpa paragraf, tanpa perhatikan ejaan. Saya biarkan, awalnya. Saya bilang "bagus. Luar biasa hebat." Selanjutnya, saya arahkan, bimbing dan koreksi, tak lupa beri motivasi.
Rata-rata, mereka sudah bisa membuat kalimat sempurna, bisa dipahami secara utuh mana Subyek, Prediket, Objek dan Keterangannya. Diksi yang mereka pakai pun variatif.
Kegiatan tulis-menulis bagi anak ini saya tradisikan, karena saya percaya bahwa menulis itu sangat bermanfaat, baik bagi anak itu sendiri, orang tua, guru, maupun lingkungannya.
Dengan menulis, (1) anak bisa ungkapkan rasa dan ide yang selama ini terendap entah kemana. Puas lah yang dirasa, plong. Gundah pun hilang, karena sudah dilampiaskan di dalam tulisan.
Melalui tulisan anak, (2) ortu atau guru bisa mengetahu sifat, karakter, bakat, kecenderungan anak, dan bakat anak. Karena anak cenderung jujur, menuliskan apa yang ada dalam kepalanya apa adanya, tanpa dibuat-buat. Sehingga, "tugas" menulis bisa jadi instrumen atau media untuk mengenali anak didiknya.
Ruang Tunggu ODC RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, 17/02/2017_10.00
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar