Oleh Masyhari
Mengaisbun.blogspot.com - Pagi-pagi buka fb di hape, tetiba sebuah gambar bola dunia tersenyum. Katanya ini hari 07/10/2016 adalah “HARI SENYUM SEDUNIA. Sekilas, agak terasa lucu, tampaknya. Kok sampai-sampai senyum loh ada peringatan harinya. Sambil mesam-mesem, kutulis ini.
Seberapa pentingkah tersenyum itu?
Tersenyum amat sangat penting bagi manusia. Tersenyum menandakan kesehatan prima psikologi seorang yang tersenyum. Bagi yang mendapatkan senyuman, pun akan ikut tertransfer energi positif yang mendamaikan.
Di hari-hari dunia yang semakin panas dan garang, penduduknya. Di berbagai belahan dunia, yang katanya modern ini, perang masih saja berkecamuk dan makin memanas, bergejolak. Seakan tak ditahu, kapan perang kan berakhir. "Mama, kapan gejolak perang ini kan berakhir?” Tanya anak kecil di Palestina. Maka, senyum tulus amat dirindukan. Tetap tersenyum, walau kondisi tak begitu menyenangkan. Tetap tersenyum untuk menebar kebaikan. Senyum laksana butiran embun sejuk yang membasahi, meredam panas gejolak api amarah dalam diri.
Kalaulah tak punya harta, senyum pun sudah sedekah. Sang Nabi SAW menegaskan urgensi senyum ini. “Senyum yang kau tebarkan di hadapan saudaramu adalah sedekah.” Sedekah harta tak mengurangi kekayaan, tapi ia investasi yang mengkayakan di masa depan. Sedekah senyuman, kan menebarkan kedamaian ke seluruh penjuru alam.
Banyak yang terlupa. Seakan agama hanya melulu soal ibadah vertikal kepada Tuhan yang menciptakannya. Mereka berlomba-lomba persembanyahkan sebanyak-banyaknya ritual agar disayang oleh-Nya. Shalat, ngaji, jihad, dan lain sebagainya. Padahal, hampir segala ibadah itu memiliki dimensi sosial, ibadah horizontal yang berimplikasi pada kehidupan manusia dengan sesamanya dan alam sekitarnya. Itulah akhlak dan budi pekerti.
Dalam agama Islam misalanya, Al-Qur'an selalu menyandingkan keimanan dengan amal saleh. Bukan sekali, tapi banyak ayat berulang kali. Tak sempurna iman seseorang, tanpa adanya akhlak, tersiratnya. Pun berulang kali Nabi Muhammad SAW menegaskan pentingnya akhlak.
“Sungguh, aku diutus tiada lain hanya untuk menyempurnakan akhlak.”
“Siapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia harus memuliakan tamunya.”
“Orang Islam (muslim) ialah yang membuat selamat orang lain dari lisan dan tangannya.”
Kalaulah kita tak bisa berkata baik, maka diam adalah emas. “Siapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hendaklah berkata baik, atau diam (lebih baik).”
Oleh karena itu, akhlak budi pekerti adalah nomor SATU. Dan TERSENYUM adalah cerminan akhlak dan budi pekerti baik nan mulia. Tersenyumlah, kalaupun kau rasakan getirnya kehidupan.
Menutup kalam ini, saya kutipkan satu penggal sajak Ahmad Syauqi:
إنما الأمم الأخلاق ما بقيت # فإن هم ذهبت أخلاقهم ذهبوا
“Innamal umamu al-khlaqu ma baqiat. Fain humu dzahabat akhlaquhum dzahabu.” (Sungguh, umat itu dianggap ada, karena ada akhlaknya. Bila budi pekertinya tiada, keberadaannya dianggap tiada.“).
إنما الأمم الأخلاق ما بقيت # فإن هم ذهبت أخلاقهم ذهبوا
“Innamal umamu al-khlaqu ma baqiat. Fain humu dzahabat akhlaquhum dzahabu.” (Sungguh, umat itu dianggap ada, karena ada akhlaknya. Bila budi pekertinya tiada, keberadaannya dianggap tiada.“).
SELAMAT HARI TERSENYUM SEDUNIA-AKHIRAT. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam.[]
Kesambi, 07/10/2016
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar