Wednesday, May 13, 2020

AKU, ANAK-ANAK DAN TOKO GRAMEDIA


MUNGKIN Anda tahu, mungkin juga tidak, semasih kuliah di Jakarta, aku tidak terlalu akrab dengan toko buku Gramedia. Biasanya, aku dan kawan-kawan akan ke Gramedia Palmerah yang letaknya tidak jauh dari kompleks DPR-MPR Senayan itu di akhir tahun. Paling sesekali singgah di stand Gramedia kalau sedang ada Book Fair di Istora Senayan. Itu pun tak selalu beli buku di sana. Anda harus maklum, di sekitar kampus tempatku kuliah di Pejaten Pasar Minggu Jakarta Selatan, saat itu belum ada toko buku raksasa ini.


Mengapa ke Gramedia nunggu akhir tahun? Ya, karena Gramedia pusat di Palmerah ini hampir setiap akhir tahun punya gelaran cuci gudang. Buku-buku yang tak habis di pasaran, saat-saat seperti itu dijual murah mulai lima ribuan. Dengan hanya bermodal seratus ribu sudah dapat buku sekardus. Anda pasti maklum kondisi sebagai mahasiswa di rantau jauh dari orang tua, untuk bisa makan sehari-hari saja sudah syukur alhamdulillah. Apalagi, buku-buku diktat kuliah semua berbahasa Arab. Jadi, buku-buku yang dibeli dari Gramedia ya sekedar buat asupan tambahan saja. Selain itu, lokasinya kan cukup jauh dari kampus.



Setelah lulus kuliah, sekitar tahun 2010, tepat di depan kampusku, berdiri satu mall besar. Pejaten Village namanya. Di pusat perbelanjaan yang bernaung di bawah Lippo Group ini ada toko buku Gramedia yang cukup besar. Setiap belanja kebutuhan rumah di pasar swalayan Mall, aku selalu sempatkan singgah toko buku Gramedia yang ada di lantai 2. Sekedar baca-baca atau kalau ada buku yang ramah isi kantong, aku akan membelinya.



Bila isi kantong tidak cocok, aku harus ngalah. Yang dibeli cukup buku cerita anak yang tipis. Aku, ketika main ke sana kan selalu bawa anak pertama. Karena anak kedua memang belum ada. Meskipun kantong tipis, tapi tetap saja berlama-lama di Gramedia. Ya, sekedar muter-muter baca buku yang ada. Karena orang semodel aku ini tidak sedikit, kursi pun tidak disediakan di sana. Mereka biasanya baca buku lesehan di sekitar rak penuh buku.



Tahun 2012, aku dan keluarga pindah ke Cirebon. Sejak itu, aku dan keluarga tidak terlalu akrab dengan Gramedia. Anda tahu, hingga tahun 2015, kami tinggal di Ciwaringin. Biasanya, aku beli buku di sekitar IAIN, tempatku studi S2. Ya, karena yang dibeli sekedar buku-buku untuk kebutuhan mengerjakan tugas kuliah.



Sekitar tahun 2015, kami pindah tinggal di sekitar Stadion Bima. Bila ada waktu longgar, aku ajak anak-anak dan istri ke perpus 400. Lokasi perpusda Kota Cirebon ini cukup dekat dengan rumah singgah kami. Memang, anak-anak terbilang suka buku, walau itu buku lebih didominasi gambar daripada teks bacaannya. Kan baca dan pinjam buku di perpus gratis. Hanya, beberapa tahun belakangan, aku tidak lagi ajak anak ke sana. Selain karena kesibukan, juga sebab tidak suka dengan warna gedung perpus 400 bagian depannya. Aku kira mirip dengan Damkar, didominasi perpaduan biru tua dan sedikit merah. Setiap kali aku melintasi perpusda itu, aku dibuat gemas. "Sebenarnya, itu ide siapa sih pilih warna begitu? Massak warnanya tidak ramah dan sejukkan mata.



Sesekali, kalau ada uang cukup, aku ajak anak-anak ke Grage Mall. Bukan untuk belanja apa, selain menuju lantai 2 dan 3, toko buku Gramedia. Anak-anak memang suka buku. Kalau selainnya, paling sekedar makan minum yang dibutuhkannya. Maklum, kami keluarga sederhana, ekonomi kelas menengah ke bawah. Buku-buku yang kami beli pun hanya satu dua, sekedar buat 2 anak yang ada.



Entah sejak tahun berapa, di bilangan Cipto dibuka toko Gramedia. Aku lupa. Toko buku ini terbilang baru. Ia masih tampak gagah perkasa meskipun berdekatan dengan Transmart dan CSB Mall yang jauh lebih besar gedungnya. Gedung toko Gramedia ini memang cukup besar, tingginya empat atau lima lantai, kalau tak salah. Aku tidak terlalu hafal jumlah lantainya. Yang pasti, dan ini yang aku sesalkan, toko buku diletakkan di lantai paling atas. Ke sana, harus melewati lantai demi lantai berisi pajangan barang dagangan mainan, peralatan kantor, alat tulis, dan sebagainya, yang tidak pernah kami singgahi kecuali sekali saat beli tas ransel hitam.



Sejak saat itu, setiap kali liburan datang, atau anak-anak ulang tahun, mereka selalu ingin diajak ke toko buku Gramedia. Sebenarnya, aku paling suka belikan buku buat mereka. Aku juga senang ajak mereka ke Gramedia. Buku-buku yang mereka suka pilih di Gramedia yaitu serial komik terjemahan dari Korea. Sekedar misal, buku Keluarga Super Irit. Ya, meskipun cukup edukatif dan berisi panduan hidup hemat, tapi membelinya malah menguras isi kantong. Buku-buku serial Korea ini, meskipun ngajarin irit dan sederhana, tapi harganya tembus sembilan puluh ribu hingga seratus ribu rupiah perbukunya. Tapi ya maklum, tampilannya memang memukau. Sampul dan lembaran isinya full colour. Anak-anak pun sangat suka. Hanya saja, sesampai mereka di rumah, buku-buku itu dilahapnya hanya sekejap mata, satu dua jam duduk, langsung khatam mereka baca.



Syukurnya, tentu aku harus bilang Alhamdulillah, sejak beberapa bulan ke belakang, toko Gramedia Cipto Cirebon ini buka cuci gudang sepanjang waktu. Mereka gelar lapak buku murah di lantai basement, dekat parkiran. Buku-buku yang biasanya dijual 80-100rb itu cukup dibandrol dengan harga 20rb. Ya, memang tidak semua seri buku tersedia. Buku-buku itu pun memang bukan baru terbit, sesuai judulnya: cuci gudang. Tapi, buku itu masih anyar, karena masih terbungkus plastik.



Ya, sejak itu, ketika kami ke Gramedia, yang kami tuju bukan lagi lantai paling tinggi. Bukan hanya karena lelah naik ke lantai atas. Tapi karena buku-buku di dekat parkiran lebih menggiurakan, tepatnya karena lebih pas dengan isi kantong. Seratus ribu di tangan, bisa dapat 6 buku. Ini sperti beberapa hari yang lalu, sebelum berangkat, dua anak aku ajak ke sana, aku beri jatah lima puluh ribu setiap mereka. Anak aku bebaskan memilih buku yang disuka, asalkan harganya tak jauh dari angka 50rb. Dan benar, keduanya dapat masing-masing 3 buku dengan harga 50rb. Mungkin mereka terinspirasi dari buku Keluarga Super Irit yang mereka baca sebelumnya. Ya, meskipun kejadiannya sama. Sesampai di rumah dari Gramedia, mereka langsung buka buku dan membaca. Anak-anak tidak beranjak dari duduknya, hingga masing-masing khatamkan 3 buku yang baru dibelinya. Wassalam.



Cirebon, 13 Mei 2020_00.07 WIB

1 comment:

Jangan lupa komentar

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan #NulisBarengSLI #HariGuruNasional2020 #SahabatLiterasiIAICirebon Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribad...