TERSESAT DI HUTAN. Demikian judul
komik goresan pena Zahwa Al Kayyisah. Anak perempunku yang satu ini kini
berusia 8 tahun. Sekolahnya sekarang kelas 2 SD.
Menggambar memang hobinya. Hampir
di semua buku tulis bergarisnya ada coretan gambar. Model gambarnya kini banyak
didominasi cergam atau sejenis komik. Kali ini, ia saya tawari dia menggambar
di bidang kertas tak bergaris, ukuran A4.
Soal menggambar dia autodidak.
Hampir tidak pernah ayah atau ibunya ngajari dia menggambar. Sebab, kami memang
kurang mahir menggambar. Ia belajar mandiri. Menggambar sesukanya, tanpa ada
yang nyuruh ataupun membimbingnya.
Sempat kami antar ia ke Ohayo
Cirebon, sebuah lembaga kursus melukis dan menggambar. Namun, saat ikut kelas
trial, dia kurang tertarik atau sreg dengan model kursus di sana. Sebab
pastinya kurang tahu.
Selain menggambar, ia sangat suka
atau bisa dibilang gila baca buku, khususnya buku cerita bergambar atau komik.
Ia baca buku hampir setiap hari lebih dari sekali, tanpa disuruh ataupun
diajak. Saking "gilanya baca", sambil makan dia baca komik/cergam
yang tersedia di rumah. Makannya pun jadi agak lama.
Saat mau tidur, ia pun bawa
setumpuk buku, lebih dari tiga. Gegara ini, ibunya jadi gregetan. "Kenapa
tidak cukup 1 atau 2 buku saja sih?!" kata ibunya gemas. Soalnya, di atas
ranjang jadi berantakan. Begitu ia bangun tidur, bukulah yang pertama kali
dijamah oleh tangannya, sebelum ia beranjak dari ranjang.
Memang, meskipun tidak rutin,
kami suka belikan buku cerita buat anak-anak, Nabil & Keysa. Kalau sedang
liburan, mereka ingin diajak main ke Gramedia, terutama setelah penguasa buku
ini buka toko bukunya di jalan Cipto. Buku yang mereka suka komik terjemahan
dari Korea (Selatan). Rerata komik ini selain menarik kemasan dan tampilannya,
juga bagus dan edukatif isinya. Hanya, harganya kurang bersahabat dengan dompet
orang tua. Syukurnya, toko buku ini selalu buka obral murah buku cuci gudang di
lantai parkir basement. Sejumlah judul lama diobral dengan banting harga.
Selain itu, komik Detektif Conan
juga mereka suka. Buku serial karya Aoyama Gosho & Yamagishi Eiichi ini
juga bacaan kesukaan ibunya. Beberapa seri komik ini yang edisi lama saya beli
di lapak buku di Blok M, sebagian lagi dari seorang kawannya Gus Rijal dari
Surabaya.
Mungkin, buku-buku bacaannya itu
cukup berpengaruh baginya. Bisa iya, bisa tidak. Sebab utamanya, saya kira
karena faktor SUKA. Saya bilang begitu, karena Nabil, kakaknya juga suka baca
buku yang tak jauh beda. Tapi gaya menggambarnya agak berbeda. Zahwa bi(a)sa
menggambar kreatif, tanpa melihat contoh atau pola gambar tertentu. Malah,
kalau disuruh mengikuti model atau pola, ia mengalami kesulitan. Ini berbeda
dengan Nabil. Ia bi(a)sanya menggambar bila ada pola atau model yang dilihat
dan ditirunya. Ya, memang anak-anak tidak sama, punya gaya dan kecenderungan
yang berbeda-beda.
Yang masih menjadi tanda tanya
besar bagi saya adalah terkait teori belajar dan ketrampilan. Bagaimana Zahwa
mendapatkan ketrampilan menggambarnya. Ia belajar dan menggambar secara
mandiri, tanpa seorang guru yang membimbing dan mengajari teori menggambar.
Siapa yang mengajarinya? Ya, sebagai seorang beragama Islam, mudah saja
menjawabnya: Allah subhanahu wata'ala.
Semoga ke depan bisa temukan guru
yang cocok baginya. Sehingga bisa lebih melejitkan kecerdasan visualnya,
seperti kata Howard Gärdner, bahwa suatu kecerdasan akan bisa meningkat bila
diberi stimulus atau rangsangan. Dan, kata Master Dedy Corbuzier dalam satu
"ceramahnya" bahwa kita seharusnya memberikan dukungan dan kesempatan
belajar anak di bidang yang diminati dan lebih dikuasainya. Anak yang suka
menggambar, beri ia fasilitas menggambar. Ia akan merasa pintar dan percaya
diri. Jangan malah dipaksa kursus matematika, sebab ia tidak bisa berhitung. Ia
akan semakin putus asa, sebab ia merasa tidak bisa dan merasa bodoh. Bisa saja
itu malah menjerumuskannya dalam jurang kehancuran. Na'udzubillah. Wallahu
a'lam.[]
Masyhari
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar