Oleh Masyhari
Bila dimaqasidkan,
menulis akan
masuk dalam hierarki "dharuriyyat" (primer), bukan sekedar hajiyyat
(kebutuhan sekunder), apalagi sekedar tahsiniyyat (tersier)
Bisa saja kau tak
percaya
atau pula
tersenyum kecut mencibirnya
Mari kita berandai-andai
saja,
andai al-Quran
tidak dituliskan
Zaid bin Tsabit
dan kawan-kawannya enggan
andai Utsman bin
Affan tidak mengambil tindakan
andai Syihabuddin
al-Zuhri tidak membukukan hadits
andai Imam Malik
tidak menulis al-Muwattha’
andai ar-Rabi’
bin Sulaiman tidak menulis ar-Risalah Imam syafi'i, gurunya
andai An-Nu'man
Abu hanifah tidak menulis al-Fiqh al-Akbarnya
andai Al-Bukhari
tidak menulis Al-Jami' Al-Shahihnya, tidak akan ada Ibnu hajar dengan Fath
Al-Barinya
andai Imam Muslim
tidak menulis Shahihnya,
andai Imam Ahmad
tidak menulis Musnadnya
andai
Al-Qasthalani tidak menulis Irsyad Al-Sari
andai Al-Syairazi
tidak menulis Al-Muhadzdzab, tidak akan ada Al-Nawawi dengan Majmu’nya
Andai Ibnu
Quddamah tidak menulis Raudhah Al-Nazhir, tidak akan ada Al-Thufi dengan
Mukhtashar dan Syarahnya
andai Ibnu
Khaldun tidak menulis muqaddimah dan kisah perjalanannya
andai Ibnu
Batuthah tidak men”dokumentasi”kan rihlahnya
andai Laskar
Pelangi tidak ditulis Andrea Hirata, mungkin pak SBY tak akan memberinya
bintang jasa
Kita tidak akan pernah
mengenalnya, bahkan tidak akan pernah mendengar tentang mereka...
Andai pak Kiai
Dachlan tidak menulis, kita mungkin ta’kan kenal Qiraati
Ya, andai aku
tidak menulis status ini, anda tidak akan membacanya.
Cirebon,
25/04/2013
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar