Kuliah di sini, banyak kesempatan buat kita untuk berkarya dan mengembangkan bakat. Untuk menunjang dan mengembangkan kreatifitas mahasiswa, di kampus ini ada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dibawahi oleh Idarah an-Nasyath ath-Thullabi. Di UKM ini, mahasiswa bisa memilih jam’iyyah (unit kegiatan) ekstra sesuai minat dan bakatnya, di antaranya: jam’iyyah riyadhah (olah raga), jam’iyyah ash-shahafah (jurnalisme), jam’iyyah al-maktabah (kepustakaan), jam’iyyah al-ibda’ wa al-fanni (karya dan seni), jam’iyyah an-Nizham (penegak disiplin), jam’iyyah al-musabaqah (perlombaan), dan lain sebagainya. Selain itu, kampus juga membuka kursus komputer, IT, photografer secara gratis.
Secara rutin, sepekan sekali, kita ada kegiatan kreasi mahasiswa (nasyath tullab). Program yang digelar di Auditorium kampus ini diisi dengan variasi kegiatan mahasiswa, di antaranya khithabah (pidato bahasa Arab), muhadharah ‘ammah (general stadium), munaqashah (arabic debat), masrahiyyah (drama berbahasa Arab). Tak jarang, General Stadium diisi oleh tamu ulama, cendekiawan dan tokoh baik bertaraf nasional maupun internasional. Sederet nama pernah memberikan kuliah umum di kampus ini, di antaranya Syekh Abdurrahman Sudais (Imam Masjidil Haram), Syekh Syuraim, Dr. Aidh al-Qarni (penulis buku best seller “La Tahzan”), Dr. Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR-RI saat itu), Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj (PBNU), duta besar KSA, dan lain sebagainnya.
Bagaimana dengan peluang di dunia kerja?
Tidak melulu, kita studi untuk mendapatkan kerja dan keuntungan duniawi. Tampaknya, maindset kuliah untuk jadi pekerja perlu didekonstruksi, kata Bang Iwan Fals, “Bongkar.” Bukankah lebih baik bila kita lulus kuliah, bisa menciptakan peluang kerja baru? Jadi, kampus ini bukanlah mesin pencetak tenaga kerja.
LIPIA didirikan untuk mencetak kader-kader dakwah (daiyyah) yang punya kompetensi di dalam ilmu syariah (Islamic Law) dan bahasa Arab. Bahasa Arab yang diajarkan adalah fush-ha (formal). Alumni LIPIA berkesempatan untuk melanjutkan kuliah S2 di Timur Tengah atau jadi da’i mulhaq (atase) dengan gaji yang cukup besar $1000 (sekitar 10 juta perbulan), bila nilainya memenuhi syarat (minimal jayyid jiddan). Kemampuan bahasa Arab bisa jadi modal untuk jadi guide bagi tamu Arab, muthawwif (pembimbing jama’ah haji), bekerja di kedutaan negara-negara Arab, guru bahasa Arab atau jadi penerjemah teks bahasa Arab. Alumni Syari’ah juga berpeluang untuk kerja di perbankan atau keuangan Syari’ah.
Alumni LIPIA telah diakui oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren dalam kemampuan berbahasa Arab. Sehingga, tidak jarang, di akhir tahun pelajaran, banyak berdatangan info tawaran mengajar bahasa Arab dan studi Islam. Mereka telah banyak tersebar ke seluruh Nusantara, baik sebagai guru di pesantren, anggota MUI, pegawai Kemenag/ KUA, pejabat pemerintahan, pengurus NU, pengasuh pondok pesantren, pejabat kedutaan besar negara Arab, bos penerbitan buku Islam, dan lain sebagainya. Sederet nama alumni LIPIA tercatat sebagai tokoh Nasional, seperti KH. Khalil Nafis, Lc, MA, Ph. D (anggota DSN-MUI pusat, pengurus Badan Wakaf Indonesia (BWI), pengurus Lembaga Bahtsul Masail NU pusat (LBM-NU), dosen UI), Dr. Asrorun Ni’am Soleh, Lc, MA (ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sekretaris komisi fatwa MUI pusat, dosen UIN Jakarta), Ahmad Heryawan, Lc (gubernur Jawa Barat), dan lain sebagainya.. (bersambung)
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar