Berikut lanjutan dari cacatan "Mau Kemana Aku?" bagian 3 dari Masyhari, Lc, alumni fakultas Syari’ah LIPIA Jakarta tahun 2010.
Kemampuan
dasar apa yang harus dimiliki agar bisa sukses kuliah di LIPIA?
Sebenarnya,
ketika kita lolos tes masuk dan terdaftar sebagai mahasiswa, berarti kita sudah
punya modal kemampuan dasar untuk bisa sukses di LIPIA, yaitu kemahiran
berbahasa Arab. Setiap mahasiswa punya potensi untuk sukses. Hanya saja,
kemampuan dasar ini tidaklah cukup. Karena selain ada beberapa ketentuan khusus
di kampus ini, ada beberapa jurus rahasia yang penting untuk diketahui agar
mahasiswa tidak gagal di kampus ini.
Berikut
ini ketentuan khusus di kampus LIPIA yang penting untuk diketahui, di
antaranya:
a. Sistem perkuliahan
Secara
umum, sistem akademik yang dipakai di kampus ini adalah buku paket, bukan SKS
seperti yang diterapkan di kebanyakan Universitas di Indonesia. Setiap mata
kuliah ada buku diktat wajibnya, sebagaimana di Aliyah. Bedanya, di sini, buku
diktat dibagi gratis. Misalnya, di persiapan bahasa, buku daras yang dipakai adalah
serial pengajaran bahasa Arab (silsilah ta’lim al-lughah al-arabiyyah) terbitan kampus
sendiri.
b. Bahasa Pengantar
Satu-satunya,
bahasa pengantar perkuliahan di sini adalah bahasa Arab fush-ha (resmi), bukan ‘ammiyah
(pasaran).
Penggunaan terjemah ke bahasa Indonesia sangat dihindari. Bahkan, di kelas,
mahasiswa tidak diperkenankan membawa kamus Arab-Indonesia atau sebaliknya.
Kamus yang diperbolehkan hanya Arab-Arab, yaitu kamus semisal al-Mu’jam
al-Wasith, dsb.
Pemaknaan kosakata dengan muradif (sinonim)nya atau dengan penjelasan dengan bahas
Arab juga.
Biasanya,
pertama kali masuk level I’dad, mungkin penyerapan pemahaman bahasa kita terhadap
penjelasan dosen, khususnya kita yang belum terbiasa mendengar dari orang Arab
langsung, berkisar 50-60 % dan komunikasi verbal kita juga masih agak
belepotan.
Tips:
[1]
Sering-seringlah mendengarkan pembicaraan berbahasa Arab, melalui video atau
MP3 ceramah, muhadatsah, film, ataupun drama berbahasa Arab, [2] catat
kosa kata yang kau baca atau yang kau dengar, lalu cari artinya di kamus atau
ditanyakan ke teman/ dosen, [3] jangan berbicara dengan kawan mahasiswa kecuali
dengan berbahasa Arab. Latihan monolog di depan cermin menggunakan teks muhadatsah
atau
khutbah berbahasa Arab juga bisa jadi alternatif, [4] rutinlah menulis apa saja
yang ingin kau tulis dengan berbahasa Arab, sehari 5 baris untuk pemula cukup
lah.
c. Sistem Evaluasi (Ujian)
Di
kampus ini terdapat 2 ujian, yaitu imtihan a’mal sanah (UTS) dan imtihan
niha’i
(UAS). Nilai UTS berbobot 30, sementara nilai UAS berbobot 70. Mayoritas soal
ujian lebih menekankan pada sistem hafalan, selain pada pemahaman.
Untuk
UAS, mahasiswa digabung dengan semester lain, dan suasananya seperti UN. Kedisiplinan,
ketertiban dan kejujuran benar-benar diperhatikan di sini. Lima menit sebelum
bel berbunyi, mahasiswa harus sudah di dalam ruangan. Bila terlambat, bisa terancam
tidak bisa masuk. Bila ada mahasiswa yang kedapatan membawa catatan, bekerja
sama dengan teman atau mencontek, ia terancam tidak lulus pada mata kuliah yang
diujikan, dan namanya akan ditempel di papan pengumuman.
Tips:
[1]
hindari belajar secara SKS (sistem kebut semalam), jelang ujian baru belajar.
Belajarlah setiap hari. Sebelum masuk kuliah, sebaiknya kamu baca buku, dan
sepulang kuliah rivew kembali, [2] buatlah talkhish (ringkasan) poin-poin
materi pelajaran, jauh hari sebelum ujian. Sehingga jelang ujian, tinggal
membuka ringkasan. Kalau perlu, hafalkan poin-poinnya dengn membacanya
berulang-ulang.
d. Sistem Penilaian
Sistem
penilaian yang dipakai di kampus ini bersifat akumulatif (tarakumy). Gambaran singkatnya,
jumlah total nilai semester 1 diakumulasikan dengan semester 2, dan seterusnya,
hingga semester 4 di I’dad. Ketentuan penilaian semacam ini diberlakukan pula
di Takmily, Syariah dan Diploma.
Jurus
rahasia: maksimalkanlah
belajarmu untuk mendapatkan nilai semaksimal mungkin di semester awal, dan
pertahankan nilai pada semester berikutnya. Bila nilai kita di semester awal
sudah jeblok, maka cukup sulit untuk menaikkannya di semester
berikutnya.
e. Ketuntasan Minimal
Untuk
penilaian mata kuliah menggunakan angka 60-100, dengan rincian: 60-69 disebut maqbul
(cukup), 70-79 disebut jayyid
(baik),
80-89 disebut jayyid jiddan (baik sekali) dan 90-100
disebut mumtaz (istimewa).
Seorang
mahasiswa dianggap lulus suatu mata kuliah bila nilai minimal 60 (maqbul). Bila kurang dari itu,
ia disebut hamil (tidak lulus), karena ia menanggung
beban mata kuliah yang mahmul. Artinya dia harus mengikuti ujian ulang pada mata
kuliah tersebut. Bila dalam satu semester ada 3 mata kuliah yang tidak lulus,
ia disebut rasib (tidak naik), dan ia harus tinggal semester
bersama adik-adik kelasnya.
f.
Absensi
Di
kampus ini, kehadiran mahasiswa sangat penting dan cukup ketat. Bisa dimaklumi,
karena kuliah gratis. Selain tertinggal materi pelajaran, ketidakhadiran juga
mempengaruhi kelulusan mata kuliah. Mahasiswa harus memperhatikan kehadirannya,
karena bila persentase absen (ketidakhadiran) dalam satu mata kuliah sudah
mencapai 25% dalam satu semester, maka ia mahrum (tidak bisa mengikuti
ujian pada mata kuliah tersebut) dan harus mengulang pada semester berikutnya.
Tips:
[1]
Jangan sampai tidak masuk, kecuali kondisi darurat. Bila sakit, mintalah
keterangan dokter sebagai penghapus absen. Surat izin tanpa penguat, tidaklah
berguna. [2 buatlah catatan absen pribadimu, agar tahu berapa kali kamu absen.
Rumus absensi, saat itu: Jumlah jam pelajaran sepekan x 3 = kesempatan absen.
Misalnya, mata kuliah fikih dalam sepekan 2 jam pelajaran, maka kesempatan kamu
absen hanya 6 kali. Baiknya, kamu tanyakan ke bagian kemahasiswaan (syu’un
ath-Thullab). (bersambung)
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa komentar