“Wejangan” Kang Sa’dun
Berikut ini sebagian dari isi ‘wejangan’ yang
dituturkan oleh Kang Dr. Sa'dun S. Afandi, kemarin tanggal 22/01/2015 di Rumah
Singgah di Mampang Jakarta Selatan untuk para kader NU calon penerima beasiswa
Pasca sarjana di Riyadh-KSA yang akan berangkat awal bulan Pebruari 2015.
Pertama, ada sebuah kisah yang patut
dijadikan pelajaran: Shahibul hikayat adalah seorang
Mahasiswa Indonesia di Mesir. Ia merupakan kawan Gus Dur sewaktu di sana. Saat Gus Dur menjadi sekretaris PPI Mesir, kawan ini
lah yang menjadi ketuanya. Selain kuliah, kawan ini berbisnis. Dalam bidang
ini, ia terbilang sukses dan kaya. Hingga punya rumah, bahkan 5 mobil. Suatu
waktu ia tertarik dengan gadis Mesir dan akhirnya menikah dengannya. Sang istri
meminta agar asetnya, harta-harta kekayaannya diatasnamakan istrinya dan
setelah punya beberapa anak sebagian lagi di atasnamakan mereka. Alasannya
untuk kemudahan mengurus administrasi. Sebab, di Mesir, bila menggunakan nama
Mesir akan lebih mudah mengurusnya. Berbeda bila yang punya atas nama orang
non-Mesir. Waktu pun berjalan. Setelah anak-anak mereka telah dewasa dan
memasuki bangku kuliah, ternyata sang suami yang aseli Madura ini ditendang.
Seluruh harta kekayaannya diambil sama istri, keluarga dan anak-anaknya.
Beberapa tahun setelahnya, sekitar tahun 1998, Gus Dur ke Mesir dan menemuinya, menawarkannya untuk kembali ke Indonesia. "Pulanglah. AKU AKAN MENJADI PRESIDEN. Kamu mau jadi apa, silahkan pilih!" Tawar Gus Dur.
Namun, kawan ini masih enggan pulang dan memilih bertahan di Mesir, meskipun ia terlunta-lunta, singgah dan menginap dari kontrakan satu mahasiswa yunior satu ke kontrakan mahasiswa lainnnya.
Beberapa tahun setelahnya, sekitar tahun 1998, Gus Dur ke Mesir dan menemuinya, menawarkannya untuk kembali ke Indonesia. "Pulanglah. AKU AKAN MENJADI PRESIDEN. Kamu mau jadi apa, silahkan pilih!" Tawar Gus Dur.
Namun, kawan ini masih enggan pulang dan memilih bertahan di Mesir, meskipun ia terlunta-lunta, singgah dan menginap dari kontrakan satu mahasiswa yunior satu ke kontrakan mahasiswa lainnnya.
Dari kisah tersebut bisa diambil beberapa pelajaran, di antaranya:
- Jangan sampai
melirik dan tertarik untuk menggaet gadis Arab, khususnya Mesir, dan bisa jadi
hampir sama berlaku bagi Arab lainnya (illa man rahima rabbuhu). Banyak di antara mereka, sampai saat ini menganggap orang 'Ajam
(non-Arab) lebih rendah kastanya daripada mereka. Non-Arab dianggap sebagai
bangsa pembantu (khususnya Asia tenggara), budak, kasta sudra lah) oleh mereka. Meskipun ini kasuistis, dan kesimpulannya masih prematur, asumtif-hipotetik dan cenderung generalisasi. Namun, bisa jadi kasus semacam ini banyak terjadi dan tidak menutup kemungkinan akan
terulang kembali. Yang terpenting adalah, kita
ambil pelajaran sebagai sikap preventif, kehati-hatian.
-
Tampaknya, Gus Dur sudah dapat ‘info’ dari bisikan
alam gaib bahwa tak lama lagi akan menjadi presiden.
Kedua, tahun lalu, program beasiswa kader NU ke Saudi gagal berangkat, yang
disinyalir disebabkan oleh pernyataan Kang Said tentang Wahabi.
Pernyataan Kang Sa’dun ini langsung diklarifikasi oleh Cak Fuad. Bahwa sebab
itu tidaklah benar. Yang sebenarnya terjadi hanyalah kesalahpahaman. Ada seorang
oknum pengacau yang memiliki kepentingan pribadi, mengambil keuntungan dan
peruntungan. Oknum inilah yang malah dipercaya menjadi perantara komunikasi antara
Kedutaan Saudi, sebagai wakil penyedia beasiswa, dengan NU yang mendapat
kesempatan beasiswa.
Sebab yang sebenarnya, pihak kedubes Saudi Arabia untuk Indonesia
mengundang Kang Said makan siang melalui oknum tersebut. Pada jamuan makan
siang tersebut, dubes Saudi sudah menyiapkan makanan kesukaan Kang Said. Namun,
ternyata Kang Said tidak datang. Bukan apa. Karena memang beliau tidak tahu,
sebab undangan tersebut tidak disampaikan oleh sang oknum. Akibat ketidakhadiran
Kang Said, dubes Saudi kecewa dan marah. Imbasnya, pemberangkatan para kader NU
calon penerima beasiswa pun dibatalkan.
Sementara beasiswa kali ini adalah murni dari Cak Cholis Fuad Mutamakkin
sendiri yang dipercaya oleh pihak Universitas Imam Muhammad bin Saud Riyadh Saudi
secara pribadi. NU dalam hal ini diwakili oleh LPTNU hanya sebagai mitra
formalitas yang menjadi persyaratan penerimaan beasiswa.
Jakarta, 23/01/2015-Cirebon, 27/02/2015