Monday, March 9, 2015

Anak, Hantu dan Suntikan

Mungkin, dari judul di atas, Anda sudah menebak isi dan kemana tulisan ini mengarah. Semoga tebakan Anda benar. Tapi, maaf, sekalipun benar, aku tidak menyiapkan hadiah untuk Anda ya, kecuali tulisan ini. Semoga saja bermanfaat.hehehe
Sebagian orang tua, mungkin mengalami kesulitan ketika hendak membawa anaknya yang masih kecil ke dokter untuk diperiksakan, apalagi jika anaknya harus disuntik. Aduh rasanya sulit. Sebab, sang anak sudah merasa ketakutan terlebih dahulu.
Kasus lain, pada suatu tengah malam, tiba-tiba anak Anda yang masih kecil kebelet pengen buang air, karena takut hantu atau setan, ia pun tidak berani dan meminta Anda mengantarkannya. Malangnya, terkadang Anda sendiri malah ketakutan juga. Apa pasal?mengapa demikian, sementara hantu itu hanya hayalan, dan setan tak perlu ditakutkan.
Masalah ini sebetulnya sederhana. Terkait hal ini, anak-anak bisa diibaratkan kertas atau folder file yang masih kosong. Kertas itu akan menjadi bacaan yang indah dan berguna, jika diisi dengan goresan pena kata yang indah dan baik, dan begitu pula sebaliknya. Teori fitrah bisa kita pakai dalam hal ini. Fitrah anak adalah bersih dan suci, tidak merasa takut terhadap sesuatu. Biasa-biasa, woles saja. Persepsi anak terhadap sesuatu sesuai dengan informasi yang masuk padanya. Sehingga, bila ada anak takut terhadap kosa kata semisal monster, hantu, setan, suntikan, dan lain sebagainya, besar kemungkinan informasi yang masuk kepadanya terkait hal-hal tersebut adalah yang negatif dan menakutkan. Informasi tersebut bisa jadi dari kawannya, televisi, film, game, buku, atau bahkan bisa jadi dari Anda sendiri, tanpa disadari. Barangkali secara tidak sadar, suatu kita pernah menakutinya dengan hal-hal tersebut.
“Lekas tidur ya. Kalau tidak, nanti hantunya datang loh!”
“Kamu jangan minum es dan makan permen! Nanti kalau batuk, kamu disuntik sama dokter!” 
“Kalau kamu tidak....., nanti......!”
Selain dalam media-media yang disebutkan sebelumnya, hantu, setan, suntikan, monster dipersepsikan sebagai hal-hal yang menakutkan. Bila kita informasikan kepada anak-anak bahwa semua itu sesuatu yang biasa dan wajar-wajar saja, anak-anak pun akan menganggapnya biasa saja dan tidak takut.Persepsi ini akan dibawanya hingga ia dewasa, sampai ada info lain atau pengalaman yang menyatakan lain.
Hal ini sebagaimana yang terjadi pada Nabil (5, 5 tahun ) dan Keysa (3, 5 tahun) anak kami. Kemarin, mereka berdua dengan agak memaksa minta diantar pergi ke rumah sakit untuk disuntik. Bagaimana bisa?
Sebelumnya, anak-anak belum pernah mendengar tentang ‘ngeri’nya suntikan, baik dari tv (karena memang tidak punya tv) ataupun dari kawan sekolahnya (karena memang mereka berdua belum masuk sekolah formal).
Malam hari itu dan sebelum berangkat ke RS, kami beri tahu mereka, lebih tepatnya kami ajak untuk disuntik untuk dicek golongan darahnya.
“Nanti kalau sudah disuntik, golongan darah kamu akan diketahui. Ada yang A, B, AB atau O, dan kamu akan dapat hadiah kartu, setelah itu.” ujar saya pada keduanya.
Cek golongan darah ini ada hubungannya dengan mendidik anak berdasarkan golongan darah. Menurut sebuah buku yang ditulis berdasarkan penelitian di Jepang, juga yang disampaikan oleh PakAbubakar Dachlan, dengan mengetahui golongan darah anak, ortu atau guru akan lebih mudah mendidik anak.
Setelah diberitahu nilai positif, tujuan dan kelebihan suntikan, mereka berdua pun langsung minta diantar dengan merengek, agak memaksa. Kami pun menyanggupinya, meskipun sebenarnya ibu mereka sedang enggan untuk antar, sebab sedang kurang enak badan. Tapi, karena anak-anak merengek untuk diantar, sang ibu pun akhirnya ngalah.
Sewaktu di dalam ruangan di Rumah Sakit, ada dua petugas laboratorium yang melakukan tindakan. Satu bertindak sebagai penyuntik, dan satu lagi memegang. Petugas pun tampak sudah bersiap siaga. Mungkin kuatir nantinya anak-anak akan berontak karena ketakutan atau kesakitan. Selain itu, petugas juga meminta sang ibu memangku anak yang akan disuntik, sekaligus membantu memegangi tangannya.
Saat tiba giliran sang kakak (Nabil) disuntik, Keysa aku gendong, kuajak ngobrol, dialihkan ke hal lain, dengan tujuan jaga-jaga barangkali Nabil meraung kesakitan, agar dia tidak melihatnya saat ditusuk jarum suntik. Kuatir dia juga takut dan tidak jadi disuntik. Jurus pengalihan pun berhasil.
Dan ternyata, dengan membaca bismillah, injeksi pertama berjalan lancar.
“sakit ndak?”
“Enggak.” Jawab Nabil.
Dan alhamdulillah hal yang sama terjadi pada sang adik. Tak takut dan tidak terasa sakit.
Ciwaringin, 05/03/201

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentar

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan #NulisBarengSLI #HariGuruNasional2020 #SahabatLiterasiIAICirebon Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribad...