Thursday, February 16, 2017

Khatib Dadakan

Sedang asyik²nya ngantor di TK enha, datang sekretaris DKM Enha, sementara jarum besar jam di dinding menunjuk tepat di angka 10.

"Pak, bisa jadi khatib jumat hari ini? Khatib terjadwalnya pak ustadz AKBP RG  berhalangan hadir. Beliau sudah menunjuk temannya, tapi temannya sedang ada musibah. Ayahnya meninggal, jadi tak bisa gantikan. Mohon bapak menggantikan ya!"
.
"Waduh, gimana ya?!" jawab saya ragu, sementara kedua mata sya ini berat dibuka berlama-lama, kantuk menerpa.
"Tapi kalau gak maksimal, dkm yg tanggung jawab ya?!" lanjut saya.
"Soalnya, saya khan belum persiapan. Lagi pula tak sempat buat teks." alasan saya. (padahal sih, biasanya jg jarang pakai teks).
"Siap. Gak apa². Terima kasih, Pak."
.
Jarak waktu satu setengah jam pun dipakai "persiapan", mikir² dan pertimbangkan materi apa yg hendak disampaikan, sembari potong kuku dan kumis, makan, buang hajat, mandi, ganti baju, berjalan melangkah menuju masjid dan menunggu waktu.

Akhirnya, setelah baca² sedikit referensi, terpilihlah tema yang kekinian dan urgen:
"Bahaya HOAK (berita bohong) dan Sikap Kita Terhadapnya."

Dalam kesempatan tadi, saya bacakan cuplikan kisah dari sejarah Nabi saw, yaitu Hadits Al-Ifk yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah ra oleh Syaikhani, Al Bukhari dan Muslim.

Badai hoak yang dahsyat menerpa keluarga Nabi saw seusai Perang Bani Musthaliq, sebulan penuh. Badai hoak tersebut ditiupkan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul, pentolan munafik. Istri beliau dituduh telah berbuat hal hina, bermain asmara dengan Shafwan bin Mu'aththal, petugas bersih² barang² sisa peperangan.

Muhammad saw yang seorang Nabi dan Rasul pun dibuat galau dan bimbang, antara percaya tak percaya. Tapi, tawaqquf, "diam" adalah sikap Nabi. Sembari tawaqquf, Nabi saw meminta pertimbangan kepada para sahabat, dan mengirimkan telik sandi dan pasukan untuk kroscek, dan memastikan agar berita buruk itu tak menyebar semakin luas.

Hingga akhirnya, turunlah wahyu QS An Nur mengklarifikasinya sejelas-jelasnya. Lapanglah hati Sang Nabi saw, dan Sayyidah Aisyah ra pun terbebas dari tuduhan (ifk) keji itu.

Sikap kita terhadap badai hoak adalah:
1. Tidak langsung percaya begitu saja,
2. Klarifikasi, cek dan ricek, ke referensi primer, dan lain sebagainya.
3. Tidak menyebarkan berita yg belum jelas kebenarannya. Apalagi bila sumber berita dipertanyakan independensinya, dan berita berunsur politik yang mudah digoreng, pun ternyata timbulkan kekacauan.
4. Tradisikan bersilaturrahim, berdiskusi, dan saling bertukar pendapat, sharing. Agar tiada kesalingcurigaan.
Wallahu a'lam.

Sambil sedikit merem, menahan kantuk, saya berindak selaku khatib menjelaskan. Untungnya, tadi tak jadi pendengar, bisa terlelap tuh.
Begilah kura-kura. [masyharie]

Cirebon, 10/02/2017

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa komentar

Ulasan Hasil Tantangan Menulis Bareng SLI di Hari Guru Nasional

Hasil Tantangan #NulisBarengSLI #HariGuruNasional2020 #SahabatLiterasiIAICirebon Beberapa hari yang lalu (23/11/2020) aku atas nama pribad...